Karena agama bukan datang untuk mengubah cara kita berpakaian!

Agama tidak berurusan dengan perkara-perkara yang tidak penting!

Menurut Sunnah, orang berhak untuk berpakaian, membaca, bekerja dan hidup sesukanya selama tidak menggan ggu kedamaian komunitasnya, meskipun terdengar janggal bagi mereka yang gagal memahami mekanisme otak dan hanya terikat pada tataran jasmaniah!

Menilai keyakinan dan agama orang lain dari cara mereka berpakaiannya menunjukkan cara berpikir yang primitif dan terbelakang dan merupakan keluaran dari otak peniru.

Rasulullah (saw) berusaha mendidik manusia tentang sistem dan tatanan dimana mereka tinggali. Beliau menekankan agar orang-orang berselaras dengan 'sistem dan tatanan Allah', yang disebut 'agama', agar mereka siap untuk kehidupan abadi mereka.

Seorang yang 'religius' adalah orang yang mencari, memahami dan berselaras dengan sistem dan tatanan Allah! Maka, berdasarkan realitas yang diBACAnya, seorang yang religius adalah orang yang melindungi 'dirinya' dari bahaya masa depan.

Mengikuti Sunnah Rasul Allah adalah mengambil pandangan beliau dan berjalan di jalan yang dinasihatkannya dengan menerapkan anjuran-anjuran beliau dan mengejar masa depan yang mulia. Buka nnya menghabiskan masa hidup dengan tenggelam sebagai peniru!

Mengikuti Sunnah Rasul Allah adalah berbagi ilmu yang dianugerahkan kepada beliau tanpa mengharapkan imbalan apapun! Bu kannya menarik perhatian orang dengan kisah-kisah tentang cara berpakaian!

Orang yang memahami dan berselaras dengan sistem dan tatanan Allah, yakni 'sunnatullah', mesti berselaras dengan Sunnah Rasul Allah!

Peringatan bahwa “Orang yang menyerupakan dirinya dengan suatu suku termasuk bagian dari suku itu” menyiratkan bahwa kita menjadi bagian masyarakat dimana kita memiliki 'ideologi dan keyakinan' yang sama, bukannya gaya pakaian yang sama!

Sebagian orang melarang untuk mempertanyakan agama, dan karenanya memperbanyak jumlah otak-otak yang tidak cerdas yang hanya bekerja dengan mengingat dan meniru...

Dunia adalah tempat tinggalnya hikmah, dan segala sesuatu yang dijelaskan oleh Rasulullah (saw) adalah berdasarkan hikmah. Orang yang intelek adalah orang yang mencari tahu, mempertanyakan dan meneliti ajaran Rasulullah (saw) untuk menyingkap hikmah dari ucapan-ucapan beliau.

Itulah sebabnya Rasulullah (saw) mengatakan: “Hikmah adalah kekayaan yang hilang dari orang yang beriman.”

Orang yang sistem pemikirannya menyimpang atau kontradiktif tidak memahami agama, gagal memBACA mekanisme dan hidup hanya sebagai peniru terhadap sistem dimana dia tinggal. Agama tidak menerima peniruan!

Meniru suatu gerakan fisik mungkin memberikan hasil yang sama, namun orang tidak akan dapat meniru pemahaman!

Untuk menjadi 'faqih', yakni menjadi orang yang 'memiliki pemahaman', merupakan berkah dan pertolongan Allah, untuk membebaskan orang dari peniruan.

Faqih bukan berarti orang yang menghafal aturan- aturan fiqih (hukum Islam)!

Penemuan alat perekam telah membuat pemikiran seperti ini usang sejak beberapa dekade yang lampau!

Agama telah disingkapkan kepada kita sebagai sumber yang dapat diBACA, sedemikian rupa sehingga kita mengenal sistem dan tatanan dimana kita merupakan bagiannya dan tempat tinggal kita. Namun yang paling penting, dengannya kita menjadi kenal dengan diri sendiri, menemukan harta pusaka di dalam esensi kita, dan pada akhirnya mengenal yang Esa yang bernama Allah sesuai dengan realitas holografik!

Orang yang gagal memahami hal ini jelas-jelas gagal dalam membaca surat al-Ikhlas, walaupun mungkin telah membaca berulang-ulang ratusan kali!

Mari kita simak ucapan Rasulullah (saw): “Sebagian orang banyak shalat, tapi shalat mereka tak menghasilkan apapun kecuali rasa letih, sebagian orang sering berpuasa namun puasa mereka tak menghasilkan apapun kecuali rasa lapar.”

Rasulullah (saw) telah menyampaikan Al-Qur'an agar kita memahaminya dan merenungkannya. Kemudian, mengambil setiap langkah kita selaras dengan 'sunnatullah.' Rasulullah (saw) tidak datang supaya kita menghabiskan usia kita untuk meributkan dan membicarakan rumor tentang gaya rambut, jenggot dan pakaian, serta menilai orang lain!

Lalu apa pemahaman agama yang sebenarnya yang diawali dengan kesaksian “Tidak ada Tuhan atau ketuhanan selain yang Esa yang bernama Allah (Laa ilaaha illallah)”?

Jika orang menyia-nyiakan kidup mereka untuk meniru-niru bukannya menyibukkan diri dengan mencari jawa ban terhadap pertanyaan ini, maka konsekuensi dari kegagalan mereka untuk membaca dan menemukan harta pusaka mereka yang tak hingga adalah derita dan penyesalan yang sangat besar!

Dan celakanya! Tidak ada konsep kompensasi di dalam sistem ini!

Perlu dicatat: Ini adalah pemahaman pribadi saya dan tidak mengikat siapapun. Mungkin saja sebagian dari Anda ada yang ingin berbagi dengan orang lain. Dan mungkin pula sebagian yang lain menjadi tidakNyaman karena memiliki kepentingan pribadi sehingga melarang tulisan saya ini, yang akan menyebabkan para pembacanya 'berpikir dan merenung'...

 

 

19 Mei 2005

Raleigh – NC, USA

 

34 / 85

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini