Menurut realitas holografik, setiap unit perwujudan hadir di dalam ilmu mengenai TITIK yang meliputi jagat yang banyak, Arasy (Singgasana), Kursi, dan seluruh langit dan segala isinya!

Manusia, yang diciptakan dari tiada, pada dasarnya tetap tiada, karena yang ada hanya yang Esa yang disebut 'Allah'! Itulah sebabnya ada kalimat “Laa ilaaha– tidak ada Tuhan atau ketuhanan”!

Karenanya, manusia dinasihati untuk melihat kepada realitas dirinya, yakni kepada fitur-fitur dimensional yang berkenaan dengan sifat-sifat Rububiyyah[1], Malikiyyah[2]dan Ilahiyyah[3] dari Allah di dalam esensi dirinya!

“... Dan Dia beserta kalian (asal keberadaan kalian) dimanapun kalian berada (karena realitas kalian hadir dengan Nama-namaNya)... (Ini menunjuk kepada kesatuan wujud diluar ilusi dualitas).” (Al-Qur'an 57:4)

“Dan jika kamu mengutarakan pikiranmu (atau menyembunyikannya), ketahuilah sungguh Dia mengetahui rahasia itu (di dalam kesadaranmu) bahkan yang lebih dari itu (Nama-nama sebenarnya yang menyusunnya).” (Al-Qur'an 20:7)

Ini karena Anda tidak sedang berdoa kepada sesuatu di luar dan yang jauh dari Anda!

Yang Malik dalam surat al-Fatihah juga menunjuk pada hal ini:

“Iqra kitabaka kafa bi nafsikal yawma 'alayka hasiba”.

“BACAlah ilmu (kitab) kehidupanmu! Cuku plah dirimu sendiri (kesadaranmu) terhadapmu di tahap ini sebagai penghisab (saksikan hasil dari pikiran-pikiran dan tindakan-tindakanmu selama kehidupan duniawimu agar kamu tidak menghakimi orang lain).” (Al-Qur'an 17:14)

Selaras dengan realitas holografik, Nama 'Hasib' hadir di dalam diri kita pada dimensi Rububiyyah. Maka, tindakan pertanggungjawaban bukannya kepada Tuhan yang jauh di luar sana! Kita mempertanggungjawabkannya kepada Malikiyyah-nya yang Esa yang bernama Allah di dalam esensi kita pada 'yawm ad-Din' 'sekarang ini' dan selama-lamanya yang diatur oleh ketetapan agama – sunnatullah. Bukannya pada hari-hari yang jauh nanti, yang berabad-abad lamanya!

Inilah sebabmya, sebelum membaca Al-Qur'an, para ahlul hal (orang-orang yang     merasakan        realitas) mengucapkan “B-ismi LLAHI-r-Rahmani-r-Rahim” yang dimaknai sebagai “pada setiap saat, realitasku mewujud dengan fitur-fitur dan Rahim-nya Allah”!

Jadi, shalat adalah merasakan realitas ini! 

Rahman Ayat Kursi pun menekankan beragam tingkatan dan fitur- fitur dari yang Esa yang namaNya 'Allah', yang hadir dalam esensi manusia, memaksa manusia untuk mengingat dan mengkajinya! Berbeda dengan sifat alami manusia yang cenderung tidur, ayat ini mengarahkan perhatian kepada aspek di dalam esensi manusia yang tak pernah tidur.

Sedangkan ayat-ayat yang dimulai dengan kata “Katakanlah” mengajak kita untuk membacanya. Ayat-ayat ini sebenarnya mendorong pemBACA untuk merasakan makna-maknanya.

Ayat-ayat ini tidak menyiratkan bahwa kita berpaling kepada Tuhan langit dan memohon pertolonganNya, melainkan semata mengabdi kepada yang Esa yang namaNya 'Allah' dengan melihat dengan sepatutnya dimensi-dimensi di dalam esensi kita yang menyusun wujud dan realitas kita yang sejati.

Tentu saja, ini adalah pemahaman saya sendiri yang tidak mengikat siapapun...

Sayangnya, saya melihat bahwa berbagi pemahaman saya tentang Allah, sebagaimana disingkapkan oleh Nabi Muhammad (saw), hanya 'memperbaharui' pemahaman orang-orang tentang Tuhan yang agung di luar sana!

Sementara ayat berikut jelas-jelas menjelaskan ketidakabsahan ketuhanan setelah mengimani yang Esa yang bernama Allah:

“Janganlah berpaling (men ganggap adanya) sosok tuhan (wujud kekuasaan eksterior atau diri khayalmu) disamping Allah. Karena tidak ada Tuhan. Hanya ada HU! Segala sesuatu (mengingat kebendaannya) adalah tiada, hanya wajah HU (hanya yang berkenaan dengan Realitas Absolut) yang ada!” (Al-Qur'an 28:88)

Sebagian orang tidak memfanakan keberadaan mereka; mereka sekedar menyadari ketiadaan mereka terhadap Allah...

Dan sebagian lagi menciptakan sosok 'tuhan' untuk mengagungkan (identitas) 'diri mereka sendiri' dan menjadi yang 'teragungkan' di dunia ini dan di akhirat kelak!

Sungguh, orang-orang yang menerima agama Islam dengan menyadari 'ketiadaan' mereka dan menerima realitas bahwa hanya yang Esa yang bernama Allah yang ada, telah membaca peta harta karun yang dibawa Nabi Muhammad (saw) dan telah mengikuti perintah-perintahnya. Mereka telah membaca Al-Qur'an dan menyingkap rahasia-rahasia yang disampaikannya; mereka telah memBACA yang Esa yang bernama Allah dan seluruh alam yang diciptakannya dengan nama-namaNya serta sistem dan tatanan di tempat mereka hidup, dan sebagai hasilnya mereka menemukan harta karun yang tiada terhingga besarnya di dalam esensi dirinya!

Sementara yang lain menghambur-hamburkan hidupya dengan gosip dan kabar-angin...

Sebagaimana perkataan Yunus: “Yang lainnya dari sekawanan yang telah berlalu..”

 

6 Mei 2005

Raleigh – NC, USA



[1] Fitur-fitur dari Nama-nama yang menyusun esensi diri.

[2] Fitur dari yang Esa Yang Maha Kuasa, yang mewujudkan Nama- namaNya sekehendak Dia dan mengaturnya di dalam dunia tindakan sesuka Dia. Yang Esa yang memelihara segala sesuatu.

[3] Fitur-fitur agung

32 / 85

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini