Nabi Muhammad (saw) meskipun sebagai seorang yang hebat dari sisi keberadaan dan ilmunya, serta fitur-fitur Allah yang beliau manifestasikan, beliau hanyalah seorang 'hamba' (abd) dan akan selalu demikian!

Alasan untuk itu terletak pada perkataan Nabi Muhammad (saw): “Bagian merupakan cermin dari keseluruhan.”

Pernyataan ini mengutarakan sesuatu tentang penghambaan.

Apa pengertian dari seorang hamba?

Seorang Hamba adalah orang yang mesti mematuhi keinginan yang Esa yang ditunjuk dengan nama Allah.

Mari saya jelaskan dengan contoh-contoh:

Buah tin mengandung banyak biji di dalamnya. Buah tin mewa kili kesatuan di dalam keragaman; ia menyimbolkan individualitas di dalam keragaman. Inilah mengapa ada sebuah surat di dalam Al-Qur'an yang bernama “at-Tin”...

Lebih jauh lagi, realitas holografik menyuarakan bahwa keseluruhan jagat raya dengan semua dimensinya hadir di setiap unit yang menyusunnya.

Maka berdasarkan ini, Allah hadir di setiap iota wujud, dengan Dzat, Sifat-sifat, Nama-nama, Arasy, Kursi, ketujuh langit dan bumiNya!

Ini tidak hanya berlaku bagi manusia melainkan bagi semua bentuk kehidupan di semua dimensi![1]

Semua mahluk di jagat raya memiliki kesadaran yang cocok dengan susunan individunya, serta dimensi dan kehidupan dimana dia tinggal. Mahluk dari dimensi yang satu tidak dapat melihat mahluk di dimensi lain karena sifat-sifat strukturalnya.

Karena tingkatan-tingkatan intrinsik pada masing-masing mahluk, setiap unit perwujudan mempunyai peluang untuk sampai kepada Rabb, Maliik[2] dan Ilah-nya dengan jalan mi'raj atau melompat di antara tingkatan-tingkatan ini di dalam esensinya, seperti halnya sumur artesis, atau 'uruj'.

Pada beberapa individu, ilmu mengalir dari esensi mereka bagaikan semburan air dari sumbernya, atau sebuah geyser.

Wilayah (kewalian) beraktualisasi melalui jalan urujRisalah, maqam wilayah tertinggi, menyangkut jalan irsal (penyingkapan). Risalah melibatkan manifaestasi nama al-Waliyy, dan diungkapkan pada manusia sebagai Rasul.

Dari sudut nilai risalahnya, semua Rasul itu sama. Namun mereka berbeda dari segi sifat-sifat yang menyusun sumber ilmu yang disingkapkan kepada mereka. Bagi sebagian, penyingkapannya terjadi dari sifat Kekuasaan, sementara bagi sebagian yang lain dari Ilmu atau dari Kehidupan.

Kembali ke topik kita, meskipun terjadi manifestasi sifat-sifat dan atribut-atribut, serta penyingkapan sunnatullah melalui dan dari Nabi Muhammad (saw), beliau bukanlah Allah, beliau hanyalah seorang hamba (abd)!

Ini berlaku bagi semua bentuk perwujudan, setiap iota, di jagat raya.

Bagian merupakan cerminan keseluruhan, namun bagian tidak pernah menjadi keseluruhan, meskipun keseluruhan hadir di setiap bagian. Bagian tetap saja bagian, bukan keseluruhan!

Orang yang merujuk kepada keseluruhan, yang berdasarkan realitas holografik, sebagai yang Esa yang ditunjuk dengan nama Allah, telah keliru menilai dan akan menyimpang dari realitas.

Bagi mereka yang mempunyai kecenderungan demikian mesti ingat bahwa:

“Yang Esa yang bernama Allah tidak menerima fragmentasi (pemisahan)!”

Maka pada titik ini, makna surat al-Ikhlas mesti diperbaiki dan direnungkan dengan serius. Jika karena Ahadiyyah (Keesaan Absolut) dan Samadiyyah Nya (Yang Mencukupi Diri Nya secara Absolut dan Yang Keseluruhan), tidak ada wujud yang terpikir kecuali Dia, maka dari sudut pandang ini, konsep kesatuan pun menjadi tidak valid.

Seperti telah saya jelaskan sebelumnya dengan contoh huruf 'K' dalam buku Allahnya Muhammad, ke 11 dimensi jagat raya, jagat paralel, atau jagat yang banyak, semuanya mewujud di dalam ilmunya yang Esa, dan mencakup 'keseluruhan' holografik. Bagian mencerminkan keseluruhan ini!

Sufi di masa lampau mengungkapkan realitas ini dengan 'mimpi di dalam mimpi'. Titik itu merupakan sebuah mimpi dalam pandangan Allah... keseluruhan yang berproyeksi pada sudut dari titik ini juga merupakan mimpi... Setiap iota di dalam keseluruhan ini, yang mencerminkan keseluruhan, juga merupakan mimpi...!

Itulah sebabnya mengapa keseluruhan yang hadir secara holografik di dalam bagian pun tidak dapat dikatakan sebagai yang Esa yang ditunjuk dengan nama Allah. Ia hanyalah sebuah 'titik' yang muncul sebagai bentuk ilmu di dalam IlmuNya!

Maksudnya, kesebelas dimensi, atau semua kumpulan jagat paralel, hadir di setiap iota bagaikan biji-biji di dalam buah tin. Begitu saja. Dan ini pun bahkan merupakan hamba (abd) Allah!

Seandainya saya telah berhasil menyampaikan wawasan ini, maka jelaslah bahwa realitas itu jauh dari sekedar ungkapan seperti 'Aku lah yang Hak', dan keliru pula persepsi yang menyatakan bahwa segala sesuatu menjadi halal bagi kita karena sang Realitas (yang Hak) berada dimana pun dan di dalam segala sesuatu!

Saya telah dianggap berdosa karena menyebabkan kebingungan, dan menulis topik-topik yang pelik dan kontroversial. Sebaiknya orang-orang semacam ini membaca buku tentang hukum islam atau kisah para wali!

Sebagai seorang hamba, saya hanya bisa meminta maaf!

Saya mohon, dan sudi kiranya Anda mendoakan saya, tapi saya berharap Anda tidak dibuat bingung karena saya berbagi ilmu Allah ini, ilmu sebagaimana yang disingkapkan nabi Muhammad (saw), tanpa mengharapkan imbalan...

 

 

13 juni 2005 

Raleigh – NC, USA



[1] Informasi lebih jauh mengenai hal ini bisa dilihat dalam buku Maha Melihat.

[2] Yang Maha Kuasa, yang mewujudkan Nama-namaNya sesuai kehendaknya dan mengaturnya di dalam dunia tindakan sesuka Dia. Yang Esa yang memelihara segala sesuatu.

38 / 85

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini