Cetak halaman

Baca Seolah Baru Pertama Kali Membacanya

Setelah meninggalkan kota kecil tempat saya tinggal dan menyampaikan konferensi di London, Paris, Berlin, Hamburg, Gelsenkirchen, Dusseldorf dan Amsterdam, saya diberkahi kesempatan untuk beristirahat di Turki, dan menjalani Ramadhan bersama teman-teman. Saya bersyukur kepada yang Esa yang telah memberikan kesempatan ini...

Maksud saya menyelenggarakan konferensi-konferensi ini, dan besok yang terakhir, bukan untuk mengajari Anda sesuatu hal; karena saya yakin ada banyak di antara Anda yang lebih berilmu dibanding saya sendiri, melainkan untuk membantu Anda memandang sesuatu hal dari perspektif yang berbeda, dan membantu Anda untuk menyadari bahwa diri Anda tidak terbatasi oleh persepsi Anda.

Ayat-ayat favorit saya di dalam Al-Qur'an adalah yang kelihatannya seperti bertentangan. Karena, ayat-ayat inilah yang mengandung rahasia-rahasia terbesar! Segera setelah saya membaca sebuah ayat yang kelihatannya bertentangan dengan pikiran saya yang terkondisikan, saya tahu dari pengalaman bahwa ia mengandung banyak rahasia tersembunyi, maka saya pun segera berusaha menyelaminya!

Jika kita menginginkan pemahaman Al-Qur'an yang sungguh- sungguh, konsisten dan sempurna secara logika serta ingin mengenal harta pusaka rahasianya, maka kita mesti mengkaji ilmu yang dikandungnya dengan konsisten dan logis.

Jika Al-Qur'an didekati dengan pemikiran-pemikiran yang sudah terbentuk sebelumnya atau dengan maksud untuk membenarkan ide-ide dari kabar-angin, Anda tidak akan memperoleh apapun darinya. Kita mesti mendekati Al-Qur'an seolah baru pertama kali membacanya dan mencoba memahami pesan yang dibawanya tanpa pandangan-pandangan sebelumnya.

Sebagai contoh, apabila membaca surat al-Ikhlas kita mempersepsikannya sebagai hubungan ganda antara Tuhan dan hambaNya, bukannya keEsaan Absolut dan Kesatuan yang digambarkan oleh ayat-ayatnya, maka itu menunjukkan pendekatan holistik dan kesempurnaan logis yang tidak memadai.

Ada gagasan-gagasan umum di antara orang-orang yang tidak berbahasa Arab bahwa Al-Qur'an jangan dibaca dalam tulisan Latinnya. Perkenankan saya untuk menjelaskannya: Hampir mustahil bagi orang yang berusia di atas 30 atau 40-an untuk belajar membaca tulisan Arab seperti halnya orang Arab, dan tidak harus. Penting untuk dicatat bahwa perkataan pertama-tama diulang di dalam otak kemudian melalui lidah. Yakni, bentuk huruf diterima otak sebagai gelobang-gelombang sinyal listrik, yang kemudian diterjemahkan di dalam otak dan dihubungkan ke huruf- huruf di dalam pangkalan-datanya. Mereka diberi bentuk dengan ekspresi nama al-Musawwir dan diubah menjadi sebuah gambar kemudian dikirimkan ke lidah melalui pangkal tenggorokan. Lidah merupakan tahap akhir dalam proses ini. Yang sangat penting bukannya membentuk pesan yang masuk, melainkan menyingkap dan menerjemahkan maknanya. Prosesnya hingga titik ini sama bagi semua manusia di seluruh dunia, namun tahap keluarannya, yakni dari pangkal tenggorokan ke lisan, berbeda menurut wilayahnya.

Bagi otak yang berpikir, makna yang diambil otaklah yang paling penting. Sementara bagi mereka yang materialistik, yang tak dapat memahami kedalaman masalah, hanya apa yang dikeluarkan lisan atau apa yang nampak di mata yang diperhitungkan apabila mengevaluasi agama.

Oleh karenanya, saya menganjurkan Anda untuk membaca Al- Qur'an dalam bahasa apapun yang paling mudah bagi Anda dan pusatkan perhatian pada makna kata-katanya bukannya bentuk alfabetnya. Ini kesimpulan saya setelah menyelidiki dan mengkajinya selama 40 tahun.

Sekarang, mari kita mempertanyakan ayat-ayat pertama dari surat al-Baqarah, berkenaan dengan keEsaan (non-dualitas) yang dijelaskan dalam surat al-Ikhlasdan dengan mengingat huruf 'Ba' yang diterangkan oleh Hazrat Ali (ra)...

“Alif, Laam, Miim. Dzaalikal kitaabu laa rayba fiihi hudan lil muttaqiin.” (Al-Qur'an 2:1-2)

Seperti telah saya katakan, apa yang dimaksud dengan kata Kitab dalam bahasa Arab adalah Ilmu bukan arti harfiahnya buku. Oleh karena itu:

“Inilah Ilmu (Kitab) Realitas dan sunnatullah (mekanika sistem Allah), yang tidak ada keraguan sama sekali, ia adalah sumber pemahaman bagi mereka yang mencari perlindu ngan..”

“Alladziina yu'minuuna Bilghayb wa yuqiimunash shalaata wa mimma razaqnahum yunfiquun.”

“Yang beriman kepada realitas (bahwa keberadaan mereka terdiri dari komposisi Nama-nama Allah) yang tidak diketahui mereka (diluar persepsi mereka), dan yang menegakkan shalat (yang merasakan makna shalat selama menjalani gerakan fisiknya) dan yang mengeluarkan rezeki material dan spiritual yang telah Kami berikan bagi mereka tanpa menuntut imbalan hanya karena Allah.” (Al-Qur'an 2:3)

“Walladziina yu'minuuna Bi maa unzila ilayKa wa maa unzila min qobliK(A) wa Bil akhirati hum yuuqinuun.”

“Dan yang beriman kepada apa yang telah diwahyukan kepadamu dari esensimu (dari kedalaman esensimu kepada kesadaranmu) dan apa yang telah diwahyukan sebelummu, dan yang yakin akan kehidupan akhirat yang abadi (berserahdiri sepenuhnya setelah benar-benar memahaminya).” (Al-Qur'an 2:4)

“Ulaaika 'alaa hudan min Rabbihim wa ulaaika humul muflihuun.”

“Mereka dalam keadaan HUDA (memahami realitas) dari Rabb mereka (komposisi nama yang menyusun esensi mereka) dan mereka lah yang telah mencapai kebebasan.”(Al-Qur'an 2:5)

Sekarang, mari kita lihat makna dari Ayat Qursi, ayat populer yang dibaca untuk perlindungan... Menurut pemahaman saya, Ayat Qursi menyingkapkan beragam maqam (stasiun) dan tingkatan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang bermanifestasi pada manusia. Ia dimulai dari maqam esensi absolut keEsaan (Ahadiyyah), realitas esensial manusia, dan menggambarkan semua ragam maqam hingga tubuh fisik...

Allah – tidak ada Tuhan berhala, hanya HU!

Al-Hayy (Sumber nama-nama tak hingga! Yang Esa yang memberi kehidupan kepada Nama-nama dan mewujudkannya. Sumber energi universal, sang esensi energi).

Al-Qayyum (Yang Esa yang membuat DiriNya ada dengan sifat-sifatNya sendiri, tanpa membutuhkan apapun. Segala yang ada mendapatkan hidupnya dari al-Qayyum).

Dia tidak mengantuk (terputus hubungan dari seluruh alam barang sekejap pun) ataupun tidur (membiarkan ciptaan pada keinginannya sendiri).

Kep unyaan Dia apapun yang di langit dan apapun yang di bumi (segala sesuatu terjadi dalam dimensi-dimensi ilmu dan tindakan).

Siapakah yang bisa menjadi perantara kepadaNya kecuali dengan ijin (Bi-idznihidari kekuatan Nama-nama yang menyusun esensinya (kekuatan yang mewujud darinya)?

Dia mengetahui dimensi tempat mereka tinggal dan dimensi yang tak dapat mereka lihat...

Tiada ilmu Nya yang dapat difahami jika Dia tidak menghen dakinya (berkenan melalui kesesuaian Nama-nama di dalam esensi diri).

Qursi-Nya (kekuasaan dan pengaturan [Rububiyyah]) meliputi langit dan bumi,

Dan pemeliharaan keduanya tidak membuat Nya lelah.

Dan Dia itu al-'Aliy (yang Maha Tinggi. Yang Esa yang Maha Agung yang melihat keberadaan dari titik realitas (esensi)) dan al-'Azhim (pemilik kekuatan tak-hingga)(Al-Qur'an 2:255)

Inilah pemahaman saya akan Ayat al-Qursi berkenaan dengan manifestasinya pada individu... Tentu saja, ada juga arti yang berkenaan dengan dimensi universal, karena setiap ayat mempunyai baik makna internal maupun eksternal menurut Rasulullah (saw). Walau bagaimanapun, Anda dapat menyelidiki terjemahan dan penafsiran lainnya oleh mereka yang memiliki visi yang sama dengan Anda.

 

 

October 2005 

Expo Channel Conferences

72 / 85

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini