Tasbih

Tidak ada sesuatu pun melainkan mengagungkanNya (bertasbih) dengan hamd (mengevaluasi alam jasmani yang diciptakan dengan Nama-namaNya sekehendakNya)! Namun kalian tidak memahami fungsi-fungsi mereka! Sungguh, Dia itu Halim lagi Ghafur.151

Segala yang di langit dan di bumi mengagungkan (bertasbih kepada) Allah (dengan menetapi fungsi-fungsi mereka). HU itu Aziz lagi Hakim.152

Semua benda yang nampak maupun yang gaib di alam semesta diciptakan untuk bertasbih kepada Allah melalui pengamatan. Apakah itu baik ataupun buruk, indah ataupun jelek, sempurna ataupun cacat!

Mengingat hal ini, marilah kita coba memahami ayat di atas:

Mahluk tak hingga tak berbatas dalam lingkup yang disebut Arasy semuanya merupakan komposisi Nama-nama Allah yang mewujudkan makna-makna ilahiah.

‘Yang Rahman menegakkan kekuasaanNya di Arasy’ menunjuk kepada realitas bahwa wujud merupakan produk dari materialisasi fitur-fitur yang ditunjuk oleh Nama-nama Allah, yakni muncul sebagai manifestasi dari nama-nama yang agung… Semua bentuk merupakan ihwal dari Rahmat Allah.

Karenanya, segala ‘sesuatu’, sebagai sebab penyingkapan nama-nama Allah, secara terus-menerus dan di setiap saat berotasi di sekitar makna agung yang menyusunnya. Inilah makna hakiki dari ‘tasbih’!

Dengan kata lain, segala sesuatu, dengan mewujudkan makna dari nama yang menyusunnya, menunjukkan pengabdiannya kepada Allah, dan pengabdian inilah tasbihnya.

Jenis tasbih ini dirujuk sebagai tasbih tak-sembarang. Inilah tasbih cara pertama. Cara yang kedua adalah tasbih sembarang. Tasbih sembarang dapat dilakukan dengan dua cara, baik dengan cara meniru saja atau dengan mempertanyakannya kandungannya. Tasbih dengan cara meniru adalah ketika seseorang menerapkan formula yang disarankan dengan mengulang-ulang kata-kata tertentu tanpa benar-benar menyadari maknanya. Mengerjakan hal seperti ini akan menguatkan ruh orang tersebut dan memberikan manfaat bagi tingkat-tingkat kehidupannya di masa datang, seperti dalam dimensi alam kubur, tempat kebangkitan, ketika menyebrangi jembatan Shirath dan ketika di alam Surga!

Adapun tasbih dengan mempertanyakan kandungannya adalah apabila orang yang bersangkutan mempertanyakan dan merenungkan makna dari kalimat yang diucapkannya dan secara sadar memahami maknanya. Sebagai hasilnya, tidak hanya memperkuat ruhnya saja, melalui makna kata-kata yang diucapkannya, orang tersebut terbuka hati dan pikirannya untuk memahami Allah di dalam hakikat dirinya jauh lebih dalam.

 Meskipun demikian, selama mengerjakan semua amalan  ini, kita mesti tetap waspada sepenuhnya bahwa merenungkan Dzat Absolut Allah adalah hal yang mustahil karena Dia itu di luar apapun yang dapat dicerap dan dipikirkan.

Sekarang, akan saya sebutkan beberapa tasbih yang dianjurkan…

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ

SubhaanaLlahi wa bihamdihi

Allah Subhan dengan Hamd-nya (Aku mengagungkan Allah dan berlepas diri dari menyelidiki Allah, mengetahui bahwa menilai kesempurnaan universalNya (hamd) hanyalah hak Dia semata! Karena tidak ada yang lain, Allah yang menilai DiriNya Sendiri.)

Ada beberapa hadits mengenai tasbih ini. Rasulullah (saw) mengatakan:

“Barangsiapa mengatakan ‘SubhaanaLlahi wa bihamdihi’ seratus kali sehari, dosa dan kesalahan mereka walau sebanyak buih di lautan akan dibersihkan dan diampuni.’”153

Pada suatu hari, Rasul (saw) bertanya kepada para sahabat:

“Maukah aku katakan kepada kalian kalimat yang paling Allah sukai?”

“Katakanlah kepada kami, ya Rasulallah” kata mereka.

“Kalimat yang paling Allah cintai adalah ‘SubhaanaLlahi wa bihamdihi’.”154

سُبْحَانَ ﷲِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَٓاءَ نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ

SubhaanaLlahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi wa ridha’a nafsihi wa zinata 'arsyihi wa midaada kalimaatihi

Aku mengagungkan (melalui pengamatanNya) Allah dan berlepas diri (dari pemahamanku yg terbatas) dengan evaluasiNya sendiri, sebanyak mahluk yang diciptakanNya, sepenuh ridhaNya, seberat ArasyNya dan sebanyak tinta Kalimat-kalimatNya.

Pada suatu hari, setelah menyelesaikan shalat fajar, Rasulullah (saw) meninggalkan Juwayriyyah (ra) dan berlalu. Ketika beliau kembali menjelang siang beliau mendapati Juwayriyyah (ra) masih di tempat yang sama sedang bertasbih. Beliau bertanya, “Apakah engkau bertasbih sejak aku tinggalkan tadi hingga sekarang?” Juayriyyah menjawab, “Benar.” Akan hal ini, Rasulullah (saw) berkata, “Setelah aku meninggalkanmu, aku telah membaca empat kalimat pendek sebanyak tiga kali. Jika ditimbang, itu akan lebih berat dibanding tasbih yang telah engkau kerjakan. Keempat kalimat itu adalah: SubhanaLlahi wabihamdihi 'adada khalqihi wa ridhaa'a nafsihi wa zinata arsyihi wa midaada kalimaatihi.155

سُبْحَانَ ﷲِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَلٓا اِلٰهَ اِلَّاﷲُ وَﷲُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِىِّ الْعَظِيمِ  

SubhaanaLlah wa l-hamdulillah wa laa ilaaha illaLlahu waLlahu akbar wa laa hawla wa laa quwwata illa biLlahi l-'aliyyi l-'Azhiim156

Subhaanallah: Allah itu Subhan (tak terkondisikan oleh perwujudan dan hal apapun...)

Alhamdulillah: Hamd (evaluasi absolut) ada dalam lingkup nama Allah, yakni berkenaan dengan yang Esa yang ditunjuk oleh nama Allah...

Laa ilaaha illa Allah: Tidak ada yang wujud selain yang Esa yang ditunjuk oleh nama Allah!

Allahu akbar: Allah Maha Besar! Dia tak kan pernah dapat dicerap atau dievaluasi oleh sesuatu selain DiriNya Sendiri dan Dia tak kan pernah terkondisikan atau terbatasi oleh penilaian, sifat, ciri, dsb.

Wa laa hawla wa laa quwwata illa billahil 'aliyyil 'Azhiim: Segala kekuatan (gerak, tindakan, transformasi dan keadaan tasbih) dan kekuasaan (yang dengannya ini dilaksanakan) adalah beserta Allah, yang 'Aliy (keagungan yang tak terlampaui, yang Esa yang menghancurkan asumsi adanya 'yang lain' dari siapa yang Dia kehendaki) lagi 'Azhim (yang Esa yang Kekuasaannya tak terlampaui siapapun)!

Rasulullah (saw) menjelaskan manfaat dari tasbih ini dengan hadits berikut:

“Membaca dzikir ini lebih disukai dibanding dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya.”

Tasbih ini juga dibaca dalam shalat yang disebut 'Shalat Tasbih'.

لآَاِلٰهَ اِلَّاﷲُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَ لَهُ الْحَمْدُ وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Laa ilaaha illaLlahu wahdahu laa syarika lahu lahu l-mulku wa lahu l-hamdu wa huwa 'alaa kulli syay'in qadiir157

Tidak ada tuhan-berhala (mahluk atau wujud selain Allah), hanya ada yang Esa yang ditunjuk oleh nama Allah, tak ada sekutu baginya. KepunyaanNya segala kekuasaan, evaluasi (penilaian, pujian) hanyalah milikNya. HU itu Qadir atas segala sesuatu.



151  Al-Qur’an 17:44

152  Al-Qur’an 57:1

153 Sahih Bukhari, At-Tirmidzi

154  At-Tarmidzi, Musnad Ahmad bin Hambal

155 At-Tirmidzi, Musnad Ahmad bin Hanbal, Abu Dawud, Sahih Muslim.

156 Musnad Ahmad bin Hanbal, An-Nasai, At-Tirmidzi, Sahih Muslim

157  Sahih Bukhari, Sahih Muslim, At-Tirmidzi

46 / 71

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini