Taubat

 

إِنَّ اللهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَالِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

 

InnaLlaaha laa yaghfiru an-yusyraka bihi wa yaghfiru maa duuna dzalika liman-yasyaa' 57

Sungguh, Allah tidak mengampuni syirik (bentuk yang nyata ataupun bentuk tersendiri; yakni syirik langsung ataupun tidak langsung dengan beranggapan adanya keberadaan 'lain' selain Allah, baik berupa obyek-obyek eksternal [nyata] ataupun ego kita sendiri, sehingga memecahmecah realitas tak-mendua), tapi Dia mengampuni dosa-dosa lain yang lebih kecil selain ini (ma duuna – 'dosa-dosa yang lebih kecil' di sini berkonotasi pada persepsi bahwa tindakan-tindakan dimulai oleh diri/ego bukannya oleh Allah), sesuai kehendakNya...

 

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ

إِنَّ اللهَ يَغْفِرُالذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

 

 Qul yaa 'ibaadiyalladziina asrofuu 'alaa anfusihim laa taqnathuu min-rohmatiLlaahi  innaLlaaha yagfiru dz-dzunuuba jamii'an innahu huwa l-ghafuuru r-rahiim58

Katakanlah, 'Wahai hamba-hambaku yang telah melanggar batas terhadap dirinya sendiri (yang telah memboroskan hidup mereka untuk mengejar kesenangan jasmani bukannya bersungguh-sungguh merasakan realitas esensial dirinya)! Jangan putus harapan dari rahmat Allah! Sungguh, Allah mengampuni segala dosa (dari orang-orang yang bertaubat)... Sungguh, Dia itu Ghafur lagi Rahim.'

وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ وَيَعْفُوا عَنِ السَّيِّئَاتِ وَيَعْلَمُ مَا

تَفْعَلُونَ وَيَسْتَجِيبُ الَّذِينَ اٰمَنُوا وَعَمِلُوا لصَّالِحَاتِ وَيَزِيدُهُمْ مِنْ

فَضْلِهِ

Wa huwa l-ladzii yaqbalu t-taubata 'an 'ibaadihi wa ya'fuu 'ani s-sayyiaati wa ya'lamu maa taf'aluuna wa yastajiibu l-ladziina aamanuu wa 'amiluu sh-shaalihaati wa yaziiduhum min fadhlihi59

Dia lah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya, dan yang memaafkan kesalahan-kesalahan dan Yang mengetahui apa yang kalian kerjakan. Dan Dia mengabulkan orang-orang yang beriman yang memenuhi ketentuan-ketentuan agama dan menambah (berkatNya kepada mereka) dengan karuniaNya!

يَٓا أَيُّهَا الَّذِينَ اٰمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ

يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

 

Yaa ayyuha l-ladziina amanuu tuubuu ilaaLlahi taubatan-nashuuhaa 'asaa rabbukum an yukaffiro 'ankum sayyiaatikum wa yudkhilakum jannaatin tajrii min tahtihaa l-anhaaru60

Hai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang tulus murni. Mudah-mudahan Rabb kalian menutupi perbuatan-perbuatan buruk kalian dan memasukkan kalian kedalam Surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai.

Empat ayat di atas menjelaskan sistem Allah mengenai taubat di dalam Al-Qur'an. Merangkum ayat-ayat ini:

  1. Dualitas (syirik), yakni percaya kepada tuhan-berhala tidaklah dimaafkan. Karena hanya ada Allah, tidak ada 'tuhan'! Konsep ketuhanan tidak memiliki hubungan dengan realitas Allah. Inilah sebabnya kita mesti mempelajari apa makna Allah sebenarnya kemudian membentuk kehidupan kita sesuai dengannya. Jika tidak, kita bisa dengan mudah mempertuhankan apa-apa selain Allah, dan ini berisiko tinggi. Informasi lebih lanjut mengenai topik ini bisa Anda dapatkan dalam buku Allahnya Muhammad.
  2. Tanpa mengetahui realitas dari diri kita sendiri akan membuat kita menzalimi diri sendiri sehingga termasuk orang-orang yang melanggar batas dan sangat merugi. Namun hal ini jangan membuat kita putus asa juga, karena ada jalan agar bisa diampuni atas kesalahan yang kita perbuat. Yang penting adalah mengenali kesalahan kita dan berhenti dari mengulanginya lagi.
  3. Bertaubat berarti berhenti melakukan kesalahan tertentu dengan kesadaran. Jika Anda mengenali kesalahannya dan memohon ampunan dengan perasaan menyesal, maka ampunan pasti menghampiri Anda. Mari untuk tidak menunda-nunda taubat kita dengan tidak berpikiran masih ada waktu untuk bertaubat, karena telah banyak yang mati dengan berpikiran bahwa mereka masih memiliki waktu, dan kini mereka merasakan akibat-akibatnya dari apa-apa yang tidak mereka taubati.
  4. Taubat mesti dilakukan dengan penuh kesadaran, bukan karena orang menyuruh Anda atau sebatas kepentingan taubatnya saja. Taubat dengan penuh kesadaran benar-benar menyadari kesalahan yang diperbuatnya, merasa menyesal karena melakukannya dan secara sadar memutuskan untuk tidak melakukannya lagi. Meminta maaf atas suatu kesalahan berbeda dengan taubat yang sebenar-benarnya.

Kalimat 'Astaghfirullah' (ampuni aku Allah) bukanlah sesuatu yang harus diucapkan tanpa perenungan agar tidak membuatnya sebagai hal yang enteng. Tarikat-tarikat tertentu menganjurkan pengulangan kata-kata ini tanpa kesadaran atau melakukannya dengan lalai. Meskipun ada energi yang diunggah ke badan rohani karena pengulangan ini, namun hasilnya tidak akan mencapai tujuan yang dimaksud.

Untuk memahami topik ini, kita mesti menyadari sebab dari taubat. Rasulullah (saw) mengatakan:

“Terkadang aku merasakan hijab di hatiku dan aku memohon ampunan dari Allah seratus kali dalam sehari.”61

Jelaslah bahwa taubat jangan dilakukan tanpa upaya untuk menyadarinya. Ia mesti dilakukan setelah merasakan rintangan atau hijab di hati kita, yang menghalangi diri untuk melihat yang Esa.

Taubat mestinya merupakan langkah kembali yang tulus dari kesusahan karena tidak bisa melihat yang Esa.

Cobalah untuk membandingkan laku taubat sebanyak seratus kali karena merasa kekurangan dengan permohonan ampunan yang lalai dan meniru-niru melalui pengulangan kata 'Astagfirullah' berulang-kali tanpa kesadaran sama sekali.

Mereka yang ingin mencapai kebenaran dan menjalani hidup dengan wibawa sebagai manusia harus memahami bahwa mereka tidak dapat mengambil pelajaran dari seorang peniru dan mereka tidak akan mencapai realitas melalui peniruan. Secara keseluruhan, Sufisme adalah mengenai ilmu yang otentik dan tidak menyisakan ruang bagi peniruan. Sebagian bahkan mengklaim bahwa praktek syariah imitatif tidak dapat diterima.

Tapi tentu saja, orang yang tidak memiliki kekuatan untuk mengejar keabsahan mau tidak mau akan berakhir dengan peniruan.



57Al-Qur'an 4:48

58Al-Qur'an 39:53

59Al-Qur'an 42:25-56

60Al-Qur'an 66:8

61Sahih Muslim, Ibnu Majah, Abu Dawud.

17 / 71

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini