Cetak halaman

Sayyid Al-Istighfar

 

أَللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّى لآٰ إِلٰهَ اِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِى وَ أَنَا عَبْدُكَ وَ أَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَ وَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ  أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَىَّ وَ أَبُوءُ بِذَنْبِى فَاغْفِرْلِى ذُنُوبِى فَإِنَّهُ لآ يَغْفِرُالذُّنُوبَ اِلَّا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Allaahumma anta rabbii laa ilaaha illa anta khalaqtanii wa anaa 'abduka wa anaa 'alaa 'ahdika wa wa'dika maastatha'tu a'uudzubika min syarri maa sona'tu abuu'ulaka bini'matika 'alayya wa abuu'u bidzanbii faghfirlii dzunuubii fainnahu laa yaghfiru dz-dzunuuba illa anta birahmatika yaa arhama r-raahimiin

Ya Allah! Engkaulah Rabb-ku, tidak ada tuhan-berhala. Hanya Engkau yang ada, Engkau menciptakanku, aku hambaMu dan aku di atas kalimatMu sebesar kemampuanku. (Ya  Allah) aku berlindung kepadaMu dari kekejian dosa yang aku perbuat. Aku mengakui nikmat yang Engkau berikan  kepadaku hingga ke Uluhiyyah Esensi AbsolutMu. Aku mengakui dosa-dosaku. Ampunilah aku. Karena rahmat dan ampunan adalah kepunyaanMu, ya Arhamarrahimiin!

Nabi Muhammad (saw) mengatakan:

“Barangsiapa membaca sayyid al-istighfar di siang hari dengan keimanan dan pemahaman serta hanya berharap kepada Allah, kemudian meninggal sebelum malamnya akan masuk Surga... Dan barangsiapa membacanya di malam hari kemudian meninggal sebelum paginya juga akan masuk Surga.”63

 Tentu saja, jika kita tidak memanfaatkan peluang ini, kita hanya akan menghadapi akibatnya...

أَللّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ لآٰ إِلٰهَ اِلَّا أَنْتَ رَبِّى وَ أَنَا عَبْدُكَ اٰمَنْتُ بِكَ مُخْلِصًا لَكَ فِى ديِنِى إِنِّى أَصْبَحْتُ {أَمْسَيْتُ} عَلَى عَهْدِكَ وَ وَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَتُوبُ إِلَيْكَ مِنْ سَيِّءِ عَمَلِى وَأَسْتَغْفِرُكَ بِذُنُوبِ الَّتِى لَا يَغْفِرهَا اِلَّا أَنْتَ

Allaahuma laka l-hamdu laa ilaaha illa anta rabbii wa anaa 'abduka aamantu bika mukhlisan laka fii diinii innii ashbahtu (amsaitu) 'ala 'ahdika wa wa'dika maastatha'tu atuubu ilaika min syai'in 'amalii wa astaghfiruka bidzunuubi l-latii laa yaghfiruhaa illa anta.

“Demi Allah dan demi fitur-fitur Allah yang melekat di dalam diriku (B-illahi), barangsiapa membaca istighfar ini tiga kali di pagi hari dan malam hari pasti akan masuk Surga.”

Perlu dicatat bahwa Rasulullah (saw) memulai kalimat ini dengan 'demi Allah,' yakni janji yang khidmat. Inilah sebabnya mengapa saya menuliskannya langsung setelah Sayyid al-istighfar. Bukankah tidak akan merugikan Anda jika membacanya tiga kali di pagi dan malam hari dibanding apapun yang bisa Anda dapatkan dengan waktu yang sebentar itu?

رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَبِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّاأَنْتَ

فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Rabbii innii zhalamtu nafsii zhulman kabiiran wa laa yaghfiru dz-dzunuuba illa anta faghfirlii maghfiratan min 'indika warhamnii innaka anta l-ghafuuru r-rahiim.64

Rabb-ku, aku telah menzalimi diriku sendiri (aku gagal menjalani realitas esensialku) dan tidak ada selain Engkau yang dapat mengampuni aku. Ampunilah aku dengan ampunan dariMu sendiri (min indika), kasihanilah aku. Sungguh, Engkau Ghafur lagi Rahim.

Hazrat abu Bakar (ra) bertanya kepada Rasulullah (saw): “Ya Rasulullah, apa yang harus aku lakukan sebelum aku mengakhiri shalat?” Rasulullah (saw) mengatakan kepada Abu Bakar as-Siddiq untuk membaca doa ini di dalam shalatnya sebelum mengucapkan salam. Apakah maksud tersembunyi dari pernyataan Rasulullah (saw) yang mengatakan, “Jika keimanan Abu Bakar diletakkan di satu sisi timbangan dan keimanan semua mukminin di sisi yang lainnya, keimanan Abu Bakar akan lebih berat”?

Kuncinya terletak pada perkataan 'dari DiriMu Sendiri (min indika)'...

Kata 'ind' atau 'indAllah' menunjuk kepada Kesatuan Wujud dalam Sufisme dan berarti 'dari Allah; kekuatan-kekuatan yang tersingkap melalui pemunculan dimensional kepada kesadaran dari Nama-nama Allah yang menyusun esensi seseorang.'

Ada aspek eksternal, aspek internal dan halnya ladun... Kata ladun adalah rujukan  kepada potensi Nama-nama yang menyusun esensi seseorang, ia menunjuk kepada kekuatan Allah yang mewujud dari esensi seseorang... Rahasia kekuatan yang mewujud dalam sistem hikmah!

'Dunia' adalah tempatnya hikmah. Segala sesuatu dibentuk dengan suatu alasan, suatu sebab. Aturan hikmah dan hukum-hukum fisika duniawi tidak berlaku di Akhirat.

Para muqarribuun melihat rahasia-rahasia kekuatan dengan nikmat 'ladun' yang diberikan kepada mereka sebagai pertolongan ketika berada di dunia.

Memohon ampunan dari Allah bermakna bahwa cacat-cacat yang timbul dari ego ditutupi, dan nur (cahaya ilmu) yang berkenaan dengan realitas dibukakan dari dirinya.

أَللّهُمَّ اغْفِرْلِى خَطِﻴﺌَتِى وَجَهْلِى وَإِسْرَافِى فِى أَمْرِى وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّى أَللّهُمَّ اغْفِرْلِى هَزْلِى وَجِدِّى وَخَطَئِ وَعَمْدِى وَكُلُّ ذَالِكَ عِنْدِى

Allahumma-ghfirlii khathiiatii wa jahlii wa israafii fii amrii wa maa anta a'alamu bihi minnii Allaahumma-ghfirlii hazlii wa jiddii wa khatha'i wa 'amdii wa kullu dzaalika 'indii.65

Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, kelalaianku, pelanggaranku dan semua cacat yang Engkau lebih mengetahuinya. Ya Allah, ampunilah aku atas apa yang telah akukan secara sadar maupun tidak sadar, dengan sungguh-sungguh, tersembunyi atau tidak sengaja.  Aku akui semua ini ada dalam diriku!

Abu Musa al-Ashari (ra) meriwayatkan inilah cara yang biasa Rasulullah (saw) sampaikan untuk memohon ampunan.

Mengapa Rasulullah (saw) terus memohon ampunan padahal dikatakan kepada beliau di dalam Al-Qur'an (48:2) “Agar Allah (menutupi/menyembunyikan) kesalahan-kesalahanmu di masa lalu dan yang akan datang (hijab yang timbul karena kejasmanian) dan menyempurnakan pertolonganNya kepadamu...”

Mungkin kita mesti merenungkannya...

Mari kita kesampingkan dulu aspek-aspek yang lebih dalamnya dan sedikitnya menyadari bahwa perilaku kita secara langsung bertentangan dengan kualitas kekhalifahan kita, dan kita sedang menzalimi diri sendiri dengan tidak menjalani hidup ini sesuai dengan realitas esensial kita. Mari menyadari fakta bahwa kita hanya dapat mencapai keindahan-keindahan tak hingga dari tempat tinggal yang kekal di akhirat melalui amalan-amalan yang kita lakukan di dunia ini.

Oleh karena itu, daripada memboroskan otak kita pada hal-hal yang sudah pasti akan kita tinggalkan bahkan tidak akan pernah diingat, marilah kita kembali kepada esensi kita dan menjadi sadar akan kekurangan-kekurangan kita.

أَسْتَغْفِرُﷲَ الَّذِى لآإِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ وَ أَتُوبُ اِلَيْهِ

AstaghfiruLlaha l-ladzii laa ilaaha illa huwa l-hayyu l-qayyuumu wa atuubu ilayhi.66

Aku memohon ampunan dari Allah, tidak ada tuhan-berhala, hanya ada yang Esa yang Hayyu dan Qayyum. Taubatku adalah kepadaNya!

Rasulullah (saw) mengatakan: “Orang yang mengucapkan, 'Aku memohon ampunan dari Allah, tidak ada tuhan-berhala, hanya ada yang Esa yang Hayyu dan Qayyum. Taubatku adalah kepadaNya!'' akan diampuni meskipun telah lari dari medan tempur.”

Ada dua hal penting harus dipikirkan: menggunakan Ismi 'Azham ketika bertaubat, dan bahwa dosa besar sekalipun akan diampuni dengan cara taubat demikian.

Saya akan membahas hikmak dibalik penggunaan Ismi 'Azham ketika  berdoa dalam pasal Ismi 'Azham. Adapun mengenai ampunan bagi mereka yang lari dari medan tempur... Menurut Rasulullah (saw), lari dari medan tempur merupakan salah satu dari tujuh dosa besar.

Beliau mengatakan, “Menjauhlah dari tujuh hal yang menyebabkan kebinasaan:

Menyekutukan Allah (dualitas)

Membunuh orang yang dilarang Allah membunuhnya

Melakukan sihir dan riba

Makan harta anak yatim

Lari dari medan perang

Memfitnah zinah kepada wanita suci”67

Oleh karena itu, ampunan mencakup dosa-dosa besar juga. Dan untuk bisa diampuni, orang tidak perlu melakukan pengakuan dosa seperti yang dilakukan umat Kristen; orang bisa langsung berpaling kepada Keagungan dan Kebesaran Allah dan mengakui dosa-dosanya kepadaNya dan memohon ampunan dari Dia semata.

Karenanya, sebesar apapun kesalahan dan dosa kita, kita tak boleh putus harapan, marilah kembali kepada Allah dan tidak menunda untuk bertaubat.

أَللّهُمَّ اغْفِرْلِى ذَنْبِى كُلَّهُ وَ دِقَّهُ وَجِلَّهُ وَ أَوَّلَهُ وَ اٰخِرَهُ وَﻋَﻼَنِيَتَهُ وَسِرَّهُ

Allaahumma-ghfirlii dzanbii kullahu wa diqqahu wa jillahu wa awwalahu wa aakhirahu wa 'alaa niyatahu wa sirrahu

Ya Allah, ampunilah semua kesalahanku, yang lama maupun yang baru, yang kecil maupun yang besar, yang aku lakukan terang-terangan maupun yang aku pikirkan (tersembunyi).

Inilah yang paling banyak dibaca oleh Rasulullah (saw)...

Perlu dicatat lingkup dari taubat beliau. Seperti telah disebutkan sebelumnya, mestinya kita tidak mengulang-ulang kalimat ini sebatas ucapan, melainkan seperti apa yang dilakukan Rasulullah (saw)...

Ada manfaat yang besar juga jika istighfar ini dibaca sebelum mengakhiri shalat dengan salam.



63Sahih Bukhari

64Sahih Bukhari, Sahih Muslim

65Sahih Bukhari, Sahih Muslim

66Abu Dawud, At-Tirmidzi.

67Sahih Bukhari, Sahih Muslim

19 / 71

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini