Satu-satunya tujuan mereka adalah mencegah manusia kembali kepada realitas esensialnya dan membuatnya kehilangan fitur-fitur Nama-nama Allah di dalam esensinya!

Maka, menenggelamkan calon Sufi di dalam pusaran air kesadaran “diri yang terilhami' (nafs-i mulhima) merupakan solusi yang sempurna dan sederhana bagi mereka!

'Pengulangan' bacaan secara tidak langsung membangkitkan keberadaan eksternal, mengharuskan adanya tradisi, pengkondisian, penghafalan dan peniruan.

'memBACA' di sisi lain melibatkan penyingkapan sandi sistemnya (sunnatullah) untuk memahami mekanismenya, dan untuk menghasilkan PEMIKIRAN dan PERILAKU yang relevan.

Proses ini, 'menyingkap/ memahami dan bertindak' disebut sebagai ' iqra' di dalam Al-Qur'an, yang berarti MEMBACA!

Sekarang...

Jika seseorang menyadari bahwa pikiran tertentu yang muncul dalam kesadarannya membuatnya berpaling kepada tuhan atau obyek eksternal dan membuatnya kecanduan dan bergantung kepada obyek ini, maka dia dalam posisi bahaya karena tersesat jauh dari realitas dirinya sendiri.

Jika dia menjadi sadar pada titik ini, akan realitas 'A'udzu B- illah' dan 'Ista'iinu B-illah' dan membacanya dengan niat untuk kembali kepada yang Esa yang ditunjuk dengan nama Allah di dalam realitas esensial dirinya, dan berlindung kepada kekuatan-kekuatan yang menyusun esensi dirinya, maka dia bisa selamat dari manipulasi mahluk- mahluk gaib dan upaya-upaya mereka untuk membunuhnya di dunia luar yang penuh bahaya.

Jika dia gagal untuk memBACA, mau tidak mau dia akan kalah dan menjadi obyek permainan mereka. Ketika dia menunggu waktu kematiannya, mereka melemparkan dan menjebloskannya kedalam samudera jasmaniah yang berbahaya!

Apa yang dimaksud berlindung kepada realitas esensial diri?

Ini disingkapkan dalam doa-doa Qul A'udzu:

“QUL”: kenali, sadari, fahami, rasakan lalu katakan:

“A'udz u bi Rabbil falaq”: “Aku berlindung kepada Rabb-Nya (Realitas Nama-nama yang menyusun esensiku) al-Falaq(cahaya yang mengalahkan kegelapan dan membawa pencerahan bagiku)”

 “Min syarri ma khalaq”: Dari kejahatan ciptaannya

“Wa min syarri ghasikiin idza waqab”: Dari kejahatan kegelapan yang bersemayam di dalam kesadaranku dan mencegahku untuk melihat dan memahami...

“Wa min syarrin naffatsatii fil'uqad”: Dari kejahatan mereka yang memanipulasi gelombang otak dengan buhul ilmu- hitam...

“Wa min syarri hasidiin idza hasad”: Dari kejahatan mata mereka yang dengki... (Al-Qur'an 113:1-5)

“QUL”: kenali, sadari, fahami, rasakan lalu katakan:

“A'udz u bi Rabbin Naas: “Aku berlindung kepada Rabb-Nya (realitas Nama-nama yang menyusun esensi) an-Naas (manusia)”

“Malikin Naas”al-Malik-nya (yang Esa yang kekuasaannya dan pengaturannya mutlak atas) an-Naas (manusia)

“Ilaahin Naas”: Realitas Uluhiyyah yang tinggal di dalam esensi setiap manusia, yang dengannya dia wujud, dan berpikiran keliru bahwa keadaan ini berkenaan dengan sosok tuhan diluar dirinya!

“Min syarril waswasil khan naas”: Dari kejahatan pembisik yang masuk secara sembunyi kemudian mundur, dan menurunkan derajat manusia kepada kejasmanian.

“Alladzii yu was wisu fii shuduurinnas”: yang membisikkan pikiran-pikiran khayal kepada kesadaran manusia mengenai realitas esensial manusia.

“Minal jinnati wan Naas”: Dari golongan jin dan manusia... (Al-Qur'an 114:1-6)

Pendek kata, dengan membaca doa-doa perlindungan ini kita berlindung kepada kekuatan Nama-nama di dalam realitas esensial kita dan agar kekuatan-kekuatan itu mewujud, dari semua hal yang gelap (apa-apa yang tidak kita lihat dan fahami) dan dari kejahatan mereka yang mengerjakan ilmu hitam (dan yang memanipulasi gelombang otak kita dengan maksud ini) serta energi negatif dari mereka yang dengki...

Surat an-Nas menerapkan prinsip “bagian mencerminkan keseluruhan” dan “hati manusia berada diantara dua jari Allah” karena pengaturan satu manusia dan pengaturan seribu manusia sama saja!

Yakni:

Aku berlindung kepada dimensi Rububiyyah 'Ba' esensiku, yang juga membentuk realitas semua manusia. Maka tindakan mencari perlindungan ini pada tingkat individu secara otomatis berpengaruh pada tingkat manusia seluruhnya! Aku juga berlindung kepada dimensi Malikiyyah, yang mengatur setiap kesadaran individu di setiap saat! Aku pun berlindung kepada Ilah, yang Esa yang menciptakan manusia dengan Nama-nama dan sfat-sifatNya... Dari mereka yang membisik dengan licik dan berliku-liku dalam kesadaranku, yang menyebabkanku mengingkari Realitas dan membuatku membatasi wujudku sebatas tubuh tulang dan daging, menyebabkanku hidup semata mengikuti dorongan jasmani untuk memuaskan nafsu hewaniku!

Mari sekarang kita merenungkan penafsiran-penafsiran ini...

Mari berusaha memahaminya!

Kebenaran mutlaknya adalah:

“Illa B-iznihi”!

 

9 September 2005 

Raleigh – NC, USA

62 / 85

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini