Hal yang paling penting di sini adalah mengenal apa yang dirujuk sebagai 'Allah'. Apabila diteliti dan diamati dengan sungguh-sungguh akan menjadi jelas bahwa Allah tidak merujuk kepada tuhan-berhala yang difahami sebagai sosok di luar sana. Sebaliknya, Allah adalah kekuatan, kekuasaan dan kehadiran di dalam esensi setiap perwujudan, dari segala sesuatu! Bukan berpaling kepada dimensi-dimensi ekterior dan di luar diri, setiap individu dapat meraih kekuatan dan kekuasaan dengan berpaling kepada kedalaman esensi dirinya, titik dimana mereka akan menyadari ketiadaan individu dirinya serta menyerukan keesaan: “Yang ada hanya Allah!”

Karenanya, tidak ada malaikat yang turun dari langit, melainkan kekuatan-kekuatan dalam bentuk ilmu (Jibril) yang muncul dari esensi seseorang kedalam kesadarannya. Karena otak terus-menerus menciptakan bentuk-bentuk bagi data mentah yang diterimanya ke pangkalan-datanya dengan fitur 'Musawwir-nya dan menyampaikan keluarannya (output) kepada kesadarannya, orang-orang mempersepsikan malaikat-malaikat dalam bentuk- bentuk.

Rasul Allah (saw) mengartikulasikan realitas yang Esa yang bernama Allah di dalam esensi beliau sendiri. Risalah adalah manfestasi melalui pewahyuan dari sifat- sifat Ilmu yang berkenaan dengan realitas ini.

Bergerak dari dalam ke luar, dari esensi ke eksterior, bukan sebaliknya dan yang pasti bukan dari langit turun ke tubuh jasmani di muka bumi!

Ketika ilmu mengenai realitas ini mewujud dalam bentuk menyingkapan sunnatullah, konstanta abadi dari sistem Allah, agar orang-orang mampu memBACA dan menerapkan amalan yang diperlukan oleh sistem ini, maka ia disebut Nubuwwah.

Mengingat Dzat Absolut Nya, Allah itu Ghaib Mutlak bagi kita. Kita hanya dapat mengenal Nya sebatas apa yang disigkapkan Rasulullah (saw) kepada kita.

Ilmu kita mengenai Allah bukanlah berasal dari ilusi dan imajinasi kita sendiri, melainkan dari ajaran Rasulullah (saw), dari apa yang beliau singkapkan kepada kita melalui Al-Qur'an dan hadits. Kita merenungkan halnya Allah berdasarkan ilmu ini, namun tidak pernah mengkondisikan dan membatasi Dia pada pemahaman kita!

Agama Rasulullah-sentris adalah nama dari sistem dan tatanan yang meliputi dimensi-dimensi tak hingga serta jagat di dalam jagat! Islam adalah nama dari sistem dimana produk-produk ilmu dan kekuasaan TUNGGAL terletak didalam keberserah-dirian mutlak di dalam dimensi wujud tak-hingga.

“Di sisi Allah, Islam adalah agama” merupakan ekspresi dari kebenaran ini.

Karenanya, pemahaman Rasulullah -sentris merupakan Agama, sedangkan berhala-sentris hanyalah pemahaman agamis.

Aspek penting lainnya dari pendekatan Rasulullah- sentris adalah mengenai kekhalifahan. Semua unit perwujudan merupakan manifestasi-manifestasi yang mencerminkan Nama- nama dan Sifat-sifat Allah, berdasarkan realitas holografik dan hadits, 'bagian mencerminkan keseluruhan.'

Cara terbaik untuk mencerna hal ini adalah dengan menyelaraskan pemikiran kita sedemikian rupa sehingga ia berangkat dari yang satu ke yang banyak (dari keseluruhan menuju bagian)!

Jika ini sudah tercapai, kita akan menyadari bah wa semua Nama-nama dan Sifat-sifat yang dirujuk sebagai kepunyaan Allah adalah kekuatan-kekuatan dan fitur- fitur melekat pada setiap orang dan setiap unit perwujudan. Lebih jauh lagi, kita akan tahu bahwa 'malaikat-malaikat' adalah kekuatan-kekuatan yang menyusun tingkatan-tingkatan manifestasi dari fitur- fitur ini, yang muncul dari esensi manusia kepada pangkalan-data kesadarannya...

'Aliim, Mumiit, Hasiib, masing-masing bermanifestasi sebagai Jibril, Izrail (sang pengalih) dan Munkar-Nakir (sang penghisab)!

Dalam pemahaman Rasulullah-sentris, tidak ada mahluk mati dan tak-sadar! Karena setiap unit perwujudan hadir dengan fitur-fitur Nama-nama Allah.

Manusia adalah satu-satunya wujud di antara semua mahluk hidup di muka bumi yang mempunyai rasa 'simpati dan kasih' serta memiliki kapasitas untuk melihat sunnatullah-nya Allah yang agung! Karenanya, manusia adalah yang paling mulia di antada mahluk (asyraf-i mahluq)!

“Orang yang tidak memiliki simpati tidak layak menerima simpati”!

Ucapan Rasulullah (saw) yang merujuk pada binatang kecil yang mengganggu: “Bunuhlah semua yang berbahaya!” mesti difahami dan dikaji dengan baik.

Setiap orang yang menghargai kehidupan orang lain mempunyai hak untuk hidup di dalam konsep agama Rasulullah-sentris.

Menurut pandangan ini, setiap unit perwujudan difasilitasi oleh Rabb-nya (komposisi unik Nama-nama yang menyusun esensinya) untuk memenuhi tujuan penciptaannya. Ini bisa untuk tujuan yang menguntungkan atau sebaliknya. Ini adalah wujud dari pengabdian mutlak.

Di dalam agama Rasulullah-sentris, semua praktek spiritual dalam bentuk doa, dzikir, shalat dan puasa, dan lain-lain dikerjakan dengan maksud mengaktualisasikan kekuatan-kekuatan dan fitur-fitur yang berkenaan dangan Rabb seseorang di dalam esensi dirinya bukannya untuk membuat senang tuhan-berhala.

Frase “untuk rida Allah” menuntut kecocokan atau keselarasan dari situasi kepada realitas esensial optimal yang bersangk utan. Karena sebagai akibat dari ini, seseorang mampu untuk memanifestasikan fitur dari diri esensial idealnya!

“Dan manusia hanya akan mendatangkan akibat- akibat dari perbuatannya sendiri (apa yang bermanifestasi melaluinya; pikiran-pikiran dan tindakan-tindakannya, karena sistem pemicu).” (Al-Qur'an 53:39)

Ayat ini cukup jelas bagi otak-otak yang berpikir untuk memahami realitas!

Pendek kata, agama tuhan-berhala sentris mengarah kepada sosok Tuhan di luar.

Sedangkan agama yang berpusat di sekitar Rasul Allah, Muhammad (saw), adalah bagi 'umat manusia' yang memulai dengan keimanan kepada Allah (sebagaimana disingkapkan oleh Rasul Allah) dan kemudian menemukan beragam derajat keagungan dan kekuatan serta fitur-fitur sempurna yang berkenaan dengannya, kesemuanya di dalam esensi dirinya.

 

29 Juli 2005 

Raleigh – NC, USA

 

50 / 85

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini