Ide seperti ini sama sekali dan mutlak keliru! Itu merupakan pemikiran yang menyesatkan yang kerugiannya tak terukur![1]

Benar, esensi dari manusia dan esensi dari alam semesta adalah satu dan sama. Namun, yang membedakan manusia dari ciptaan lainnya adalah komposisinya!

Meskipun dari susunan molekularnya manusia hadir dengan semua mahluk di dimensi-dimensi itu sebagai mahluk tunggal yang menyatu, dari sisi jasmani dan kesadarannya dia berdiri sendiri dan terpisah dari ciptaan lainnya, di dalam parameter-parameter yang terdefinisi oleh kondisi-kondisi tubuhnya dan tingkat kesadarannya. Dengan kata lain, wujud manusia bukan bergantung pada susunan atomik dan molekularnya, melainkan pada kesadaran yang dibentuk oleh kondisi-kondisi dimensi selularnya. Karenanya, kesatuan yang hadir pada wujud tingkat rendah tidak membentuk kehidupan di tingkat yang lebih tinggi; mutu kehidupan di setiap tingkat bergantung pada kondisinya masing-masing.

Apa artinya? Artinya, dari sudut pandang kesatuan, sebanyak apapun esensi yang mereka kenal, rasakan dan alami sebagai Realitas Tunggal, pada akhirnya, yang bersangkutan menjalani kehidupannya bergantung pada kondisi kehidupan jasmani mereka.

Berikut contohnya:

Tubuh pada intinya merupakan sebuah struktur molekular. Pada tingkatan molekul, orang tidak merasakan lapar, haus atau sakit. Namun demikian, yang bersangkutan tidak dapat mengklaim bahwa mereka tidak perlu makan atau minum, atau mengkonsumsi nutrisi dan obat jika kondisi tubuhnya terasa menurun, hanya karena mengetahui bahwa pada dasarnya mereka itu sebuah struktur molekul! Karena, tanpa menyadari realitas molekularnya, kehidupan orang terkondisikan dan dibentuk sesuai dengan dimensi selularnya.

Serupa dengan ini, sebanyak apapun pemahaman seseorang akan 'realitas' esensi universal, hidup mereka masih bergantung pada keadaan jasmani dan rohaninya!

Karenanya, agama Islam menyarankan amalan-amalan yang difardukan yang dikenal sebagai 'shalat'. Bukan untuk menyembah Tuhan di langit sana, melainkan untuk mencapai realitas esensi kita dan mewujudkan potensi tak hingga di dalam esensi kita melalui otak dan mengu nggahnya ke ruh.

Gelombang-gelombang energi yang dihasilkan otak melalui doa-doa perlindungan membentuk perisai magnetik di sekitar orang yang mengamalkannya! Doa mengaktifkan kekuatan pelindung malaikati di dalam esensi pengamalnya. Manusia bukanlah satu-satunya spesies di alam semesta! Manusia membutuhkan perlindungan! Kita mesti memahami ini!

Jika Anda gagal menjalankan amalan-amalan ini, kombinasi-kombinasi energi ekspansi yang diperlukan tidak akan teraktivasi di dalam otak Anda, dan karenanya cahaya ilmu (nur) atau energi yang dihasilkan tidak akan diunggah ke ruh An da. Sebagai akibatnya, ketika Anda merasakan kematian dan meninggalkan tubuh fisik Anda, tubuh rohani anda tidak memiliki kekuatan-kekuatan yang diperlukan di dalam dimensi berikutnya. Karena pada titik perpisahan ini, Anda tidak lagi memiliki sarana untuk menghasilkan kekuatan ini, disebabkan tidak adanya otak fisik, selamanya Anda akan merasakan penderitaan dan sakit dari ketiadaannya. Anda melempar diri Anda sendiri kedalam api neraka.

Allah tidak pernah menghukum hambaNya. Setiap orang akan menjalani akibat-akibat dari perbuatannya sendiri.

Kita mesti memahami realitas ini dengan baik...[2]

7 Januari 2003 

Raleigh – NC, USA



[1] Topik ini telah saya bahas dalam buku Mengenal Diri.

[2] Keterangan lebih lanjut mengenai topik ini dapat anda peroleh dalam buku Allah, Suara dari Sistem; Mengenal Diri serta Tuntunan Doa dan Dzikir.

13 / 85

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini