Cetak halaman

Manusia, Dunia, Alam Semesta, Islam

Kita hidup di dalam dunia kepompong kita. Namun kita berpikir bahwa kepompong kita merupakan dunia nyata!

Seandainya Anda bertanya kepada seseorang, “Dimanakah Anda tinggal sekarang?” mereka akan mengatakan kepada Anda sebuah tempat di muka bumi.  Seandainya Anda mengatakan, “Jadi Anda berasal dari ruang angkasa?” mereka akan berkata, “Mengapa bertanya seperti itu, tentu saja tidak. Saya dari bumi!” Tapi dimanakah letak bumi? Berbicara secara realistik, kita hanyalah setitik debu di alam semesta, bagian yang tak hingga kecilnya dari ruang angkasa. Tapi, karena pengkondisian-pengkondisian di sepanjang usia kita, kita lebih meyakini bahwa kita tinggal di dunia yang tetap dimana matahari dan alam semesta berputar di sekitar kita, bukannya mengakui bahwa kita berada di ruang angkasa yang luasnya tak terhingga! Meskipun temuan-temuan sains moderen terus bertambah, kita masih tidak menyadari Kebenaran-kebenaran tertentu!

“Kita dari bumi!” begitulah kita mengatakannya.

Seandainya Anda ditanya usia Anda, Anda akan menjawab dengan sebuah angka: tigapuluh, empatpuluh, limapuluh… Tapi benarkah itu usia Anda? Mengacu kepada apakah angka-angka itu diterapkan?

Bumi berputar mengitari matahari pada jarak sekitar 150 juta km, yakni sekitar 1.333.000 kali lebih besar dibanding ukuran bumi kita. Ketika bumi mengitari matahari sebanyak 30 kali, kita mengatakan bahwa usia kita 30 tahun. Dengan kata lain, kita bermaksud mengatakan, “Sejak saya lahir, bumi telah berputar mengelilingi matahari sebanyak 30 kali.” Demikianlah kita ‘mengukur’ usia kita.

Namun sementara itu, kita melewatkan atau mungkin sama sekali tidak menyadari sebuah fakta penting:

Yakni cara kita memandang hal ini, masing-masing dan setiap diri kita pada kenyataannya berada dalam dunia kepompong kita dan kita sedang membuat hubungan-hubungan antar-kepompong satu dengan lainnya. Komunikasi-komunikasi di antara kita adalah berdasarkan nilai-nilai yang mengikatkan kepompong kita atau berdasarkan hal lainnya. Kita sama sekali tidak menyadari realitas, dimensi-dimensi aktual dari keberadaan di luar dunia kepompong kita!

Atau mungkin kita tidak berkeinginan untuk mengetahuinya…

Mungkin kita takut… Takut untuk berpikir, takut menjadi bingung. Takut akan apa yang tidak kita ketahui, mengenai hal-hal yang kita rasa kita tidak akan mampu memahami atau mengatasinya.

Tapi apakah realitas di luar dunia kepompong kita itu?

Kita semua terikat oleh Kebenaran yang tidak dapat disangkal: Waktu kita di bumi adalah terbatas. Pada suatu saat nanti, kita akan berpindah tempat. Kita semua akan mengalami apa yang biasa disebut sebagai kematian!

Ada satu hal yang mesti kita sadari:

Sama seperti ketika bumi berputar mengelilingi matahari, matahari pun berputar mengelilngi pusat galaksi kita, Bima Sakti. Jadi, bumi kita dan kita, bersama-sama matahari, berputar mengelilingi galaksi kita. Matahari kita jaraknya sekitar 32 ribu tahun cahaya dari pusat galaksi kita, dan membutuhkan waktu 255 juta tahun bagi matahari untuk menyelesaikan satu putaran. Dengan kata lain, satu tahun di matahari setara dengan 255 juta tahun di bumi!

Jadi, sejatinya, satu tahun matahari adalah 255 juta tahun bumi! Oleh karena itu, seandainya kita mesti mendefinisikan usia kita, bukan dari kacamata jumlah tahun di bumi, melainkan berdasarkan perputaran matahari mengitari pusat galaksi, maka dalam 255 juta tahun kita akan berusia satu tahun!

1 / 28

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini