Perhatikan ini: Apa yang kita makan diubah menjadi energi bagi tubuh kita, yang membentuk energi bioelektrik dalam mikrovolt yang diperlukan oleh sel-sel otak. Otak kemudian menghasilkan gelombang energi khusus dengan kekuatan ini. Gelombang ini membentuk badan-rohani dan kapasitas otak kita – ilmu, pemahaman dan apa yang kita sebut ‘kekuatan rohani’, potensi spiritual kita, diunggah ke badan-rohani kita oleh otak. Titik dimana otak berhenti berfungsi, kita melanjutkan hidup kita di dalam pentas (platform) matahari dengan kesadaran yang dibentuk oleh semua data yang telah diunggah ke badan-rohani selama kehidupan kita. Fase ini, terikat pada medan magnet bumi, akan bertahan hingga Hari Kiamat dan telah dirujuk sebagai alam kubur atau barzakh. Orang yang telah menjalani peralihan ini sama sekali tidak akan pernah dapat kembali lagi ke dunia atau memiliki kesempatan untuk mengunggah data baru dengan otak yang baru! Inilah sebabnya mengapa sangat penting bagi kita untuk secukupnya mempersiapkan diri untuk kehidupan masa depan kita sementara kita masih memiliki kesempatan.

Sekarang, saya ingin menyentuh topik yang sangat sederhana. Kita berwudlu sebelum melakukan shalat. Jika kita mesti memeriksa kepada keperluannya, kemungkinan besar kita akan diberitahu bahwa itu untuk pembersihan dan penyucian. Sementara itu, ada kalanya dimana Rasulullah saw berwudlu dengan segelas air. Sekarang, di kebanyakan negara-negara Timur Tengah yang iklimnya panas, berwudlu dilakukan dengan secangkir kecil air. Terutama sekali jika kita pikirkan mengenai tayammum – mengusapkan debu ke wajah kita dalam ketiadaan air – menjadi nyata bahwa berwudlu bukanlah mengenai pembersihan! Bukan dalam pengertian umum, bagaimanapun juga. Lalu, mengapa melakukan wudlu? Untuk apa ini sebenarnya? 

Sama seperti tubuh yang menyerap udara melalui peristiwa osmosis, ia juga menyerap air. Yakni, ketika air bersentuhan dengan kulit, energi melalui molekul air dialihkan ke sistem syaraf melalui peristiwa osmosis. Adapun mengenai tayammum, energi statik yang memberikan tekanan dan ketegangan pada otak dinetralkan melalui tanah. Karenanya, semua praktek sembahyang adalah berdasarkan hukum-hukum ilmiah, hukum fisika dan kimia dari sistem dimana kita tinggal.

Keberadaan absolut yang dirujuk sebagai ‘Allah’ di dalam Al-Qur’an, pencipta dari alam semesta, telah menciptakan segala sesuatu dengan fitur-fitur dari Nama-namaNya. Yakni, semua fitur dan sifat yang dikaruniakan kepada kita berasal dari fitur-fitur agung itu. Manusia telah dinyatakan sebagai khalifah di muka bumi karena di dalam esensinya mengandung kesemua 99 Nama Allah.

“Dan ketika Rabb-mu berkata kepada para malaikat (personifikasi fitur-fitur dari Nama-nama yang menyusun tubuh seseorang, karenanya yang disapa di sini adalah kamu), ‘Aku akan membuat di muka bumi (tubuh) seorang khalifah (mahluk sadar yang akan hidup dengan kesadaran dari Nama-nama)…”[1]

“Kami telah membuat kamu sebagai khalifah di muka bumi!”[2]

Perlu dicatat bahwa ayat yang berkenaan dengan kekhalifahan manusia merujuk kepada manusia secara umum tanpa menunjuk perbedaan jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan adalah sama dalam pandangan Allah dalam hal potensi kekhalifahan. Tidak seorang pun dapat mengklaim bahwa perempuan berada di bawah laki-laki. Potensi kekhalifahan adalah melekat sama pada keduanya.



[1] Al-Qur’an 2:30

[2] Al-Qur’an 38:26

11 / 28

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini