Cetak halaman

Dari Cangkang Menuju Inti

Para pembaca yang saya cintai…

Baris-baris ini saya tulis dalam perasaan penuh kebahagiaan, bersih dari semua kepentingan, dengan maksud membantu orang-orang yang bercita-cita untuk mencapai ‘realita’ (hakikat), untuk mendapat pemahaman yang lebih baik akan Kebenaran-kebenaran tertentu.

Saya ingin memulai dengan pernyataan berikut:

“Mereka yang menolak Anda dan mengritik Anda adalah orang-orang yang tidak bisa memahami realita, atau tidak memahami Anda… Sedangkan orang-orang yang memahami Kebenaran tidak mengritik Anda ataupun melihat kesalahan siapapun.”

Kita mesti mengatasi banyak rintangan, melewati beragam stasiun (maqom), dan mencapai realita yang ditentukan oleh kesabaran kita.

Ketika seseorang melepaskan keinginan-keinginanya, dia sampai kepada maqom pengaturan ilahiah, dan jika dia rida dengan apa yang dijumpainya, dia sampai kepada maqom ‘hamba yang rida’…

Maqom pengaturan ilahi (amr[1]) telah bebas dari semua keinginan dan mekanisme yang berkenaan dengan dunia material, seperti makan, minum dan tidur…

Berdasarkan perintah Yang Esa, guru kami telah mengamalkan dan menasihatkan, “Bicaralah kepada setiap orang sesuai dengan kecerdasannya!”

Jadi, orang-orang yang berilmu dan waskita di jaman Risalah dan setelahnya selalu mencari cara untuk mengungkapkan Kebenaran melalui kiasan-kiasan dan simbol-simbol. Mereka tidak berusaha menjelaskan Kebenaran dengan telanjang bulat, atau menyingkapkan dan menafsirkan rahasia-rahasia yang nampak, melainkan mengestafetkannya kepada orang yang dipercaya.

Dalam menyampaikan kepada orang-orang yang merespon ajakan, “Baca dan berusahalah untuk memahami! Jika Anda sungguh-sungguh ingin berbicara, pertama-tama kenalilah diri sendiri!” Kebenaran yang perlu dicatat adalah bahwa sungguh tidak ada perbedaan di antara mahluk dalam pandangan mereka yang telah mencapai realita… Sungguh, semua bentuk wujud itu spesial dan unik.

 

 

 

 

Para pembaca yang saya cintai, ketahuilah bahwa…

Konsep-konsep dan ikhtilaf seperti ‘bernilai’ dan ‘tidak bernilai’ semata-mata menurut identitas yang diciptakan/dibangun! Dalam pandangan sang Pencipta hanya ada mahluk. Baik dan buruk itu relatif, dan sah tidaknya hanya dari sudut pandang mahluk. Dalam pandangan sang Pencipta, semuanya tunggal!

Manusia berevolusi sebatas dia mampu meninggalkan persepsi dan ide-ide ‘relatif’ pribadinya, yang benar-benar relatif, serta meniadakan dirinya di hadapan Allah!

Jadi, manusia sempurna adalah dia yang tidak melihat atau mencari-cari cacat atau kekurangan mahluk. Karena setiap orang bertindak menurut daya pikir dan pemahamannya masing-masing, dan akan menghadapi akibat dari perbuatannya.

Kami tahu, kata-kata ini tidak akan mengubah keyakinan yang kokoh dan pendapat-pendapat mereka yang fitrah alaminya tidak memungkinkan untuk itu. Tapi bisa membantu mereka yang sedang mencari dan yang telah ditakdirkan untuk meraih realita esensial mereka untuk kembali ke sumber wujudnya.

Rasulullah (saw) mengatakan, “Ya Allah, tidak ada yang bisa mencegah apa yang Engkau beri dan tidak ada yang bisa membuat Engkau memberi ketika Engkau mencegahnya, dan tidak ada yang bisa menolak perintahMu! Engkau Maha Kuasa (Qadir) atas segala sesuatu dan berbuat sesukaMu![2]

Pembaca yang terhormat, ketahuilah bahwa…

Tidak ada satu mahluk pun yang tidak diciptakan dengan sempurna! Orang-orang yang mengklaim sebaliknya hanya menunjukkan persepsi mereka yang terbatas. Seluruh mahluk telah sempurna, karena keindahan mereka itu menurut tujuan penciptaannya. Orang-orang melabeli benda-benda sebagai baik dan buruk menurut apa yang cocok dan menguntungkan bagi mereka. Mereka kemudian berusaha mencari pembenaran dengan mengatakan, “Allah telah menciptakan yang indah dan yang buruk, agar orang-orang bisa mengambil pelajaran dan menjadikannya orang yang bersyukur atau bersabar” Ini mungkin benar, namun hanya berdasarkan pada pemahaman dan persepsi ini, bukan dalam artian absolut.

Kebenaran mutlaknya adalah bahwa Sang Pencipta menciptakan segala sesuatu dengan indah dan sempurna. Orang hanya perlu melepaskan lensa-mata berwarnanya dan melihat Kebenaran dengan mata telanjang. Hanya setelah itu, semuanya bisa diapresiasi dengan sebenarnya.

 

 

Jalan kami bukanlah jalan pemisahan, melainkan jalan kesatuan absolut. Tidak ada pengalihan (perhatian) di jalan ini, orang yang ingin mencapai atau memahami Kebenaran tidak boleh membeda-bedakan mahluk.

Orang yang telah matang adalah dia yang melihat wujud dengan mata Kebenaran Ilahiah (haqq) dan menahan diri dari memandang perbedaan di antara mahluk.

Kita diperintah untuk tidak berkhianat atas benda-benda yang dipercayakan kepada kita, dan untuk memperlakukan mereka dengan sebaik mungkin, karena mereka berhak untuk diperlakukan demikian. Lalu bagaimana orang bisa melakukan pemisahan, serta melabeli dan menghakimi orang-orang serta benda-benda? Tugas kita adalah mengenal dan mematuhi perintah-perintah tuhan, dan menolong orang lain sebaik mungkin dengan ramah dan kasih sayang.

Jika ada perbedaan di antara mereka di hadapan Allah, tentunya hanya Dia yang berhak menilai. Kewajiban kita adalah mengetahui tempat kita dan tidak melewati batas.

Langkah berikutnya setelah melampaui perbedaan di antara mahluk adalah menjadi sarana untuk memberi. “Di setiap keadaan dan kondisi, berusahalah untuk menjadi pemberi!” Dan tidak pernah berharap atau bahkan memikirkan imbalan. Bahkan, jangan beranggapan akan mendapat balasan dari sang Pencipta. Hanya berusaha menjadi sarana bagi kebaikan di setiap saat kehidupan Anda, dengan ikhlas.

Jangan menimpakan atau menjadi penyebab kecelakaan pada orang lain. Selalu pikirkan tujuan keberadaan mereka. Bercita-citalah untuk menjadi penyebab kebaikan dan bermanfaat. Dan berusahalah untuk mencapai kedudukan yang tinggi dimana Anda lebih memilih menjadi sesuatu yang dianggap tak berarti seperti serangga atau sehelai daun.



[1] Dimensi kekuatan-kekuatan malaikati

[2] Sahih Muslim, Sahih Bukhari

3 / 12

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini