Kita hanya mendapatkan sejauh apa yang kita lepaskan dari identitas kita. Banyaknya pengorbanan, yang kita keluarkan dari ‘diri’ kita, merupakan derajat realitas sejati yang dapat kita capai. Jadi, sebelum sistemnya sendiri yang pasti dan memaksa merenggut harta, apa yang kita miliki, yang kita cintai, dll., mengapa tak kita tinggalkan semua itu, pertama-tama dengan melepaskan mereka dari ego dan identitas kita, dan dengan menyucikan hati kita dari kepemilikan dan keterikatan terhadap materi?

Pada kenyataannya, setiap orang melewati pengalaman yang serupa dalam kehidupannya; setiap orang merasakan sedihnya kehilangan, misalnya. Namun beda antara seseorang dengan orang yang secara sadar berkeinginan untuk dibangkitkan adalah bahwa orang yang kemudian ini mengetahui hikmah di baliknya, dan karenanya menghadapinya dengan ketenangan dan kepasrahan. Orang yang kemudian ini tahu mengapa ia terbakar dan menderita, dan memilih menjalaninya dengan ketenangan, sementara orang yang pertama tadi malah menambah rasa sakitnya dengan terus mengecam dan mengeluh.

Namun ini bukannya syarat untuk masuk surga!

Untuk menyatu dengan Allah, seseorang mesti membangkitkan kesadarannya!

Seseorang bisa saja mengklaim: “Masuk surga saja sudah cukup baik bagiku”, namun ini telah ditentukan pada hari ke 120 setelah pembuahan, ketika kita ditetapkan sebagai seorang yang beruntung (said) atau yang merugi (shaqi).

Jika kita ditetapkan sebagai orang yang beruntung, maka semua kebutuhan akan diberikan kepada kita selama hidup kita. Kita mestinya akan dianugrahi dengan pemahaman dan ilmu, haus akan pencarian, keimanan dan perwujudan amal, dan akhirnya membuahkan pintu-pintu surga.

Sebaliknya, jika kita telah ditetapkan sebagai orang yang merugi, maka:

“Allahlah pemilik segala sesuatu; Dia Maha Bijaksana dan bebas melakukan apa yang dikehendakiNya. Tak seorangpun berhak untuk menanyakan kehendakNya!”

Siapa dan apa yang independen, terlepas, dari Allah sehingga boleh bertanya mengenai kewenanganNya?

Jika engkau mengaku menginginkan Realitas, maka mesti berkeinginan untuk membayar harganya, kawan!

Bagaimana jika Anda mengklaim seperti ini, namun masih menipu diri dengan terus mengikuti hawa nafsu dalam kesenangan diri?

Jangan terhijab!

Ketika Nabi Musa pergi menemui Tuhannya, Allah memanggilnya dari api:

“Aku Allah Tuhanmu, ya Musa!”

Jadi jangan terkejut jika api menyapa Anda! Api akan membakar Anda!

Jangan terhijab darinya ketika ia menyapa Anda dari tempat yang membakar Anda! Apa yang membakar Anda adalah ‘api’, bukannya nyala api yang nampak di mata Anda. Dan selama Anda terbakar, maka Anda berada dalam neraka pribadi Anda. Dunia ini merupakan bagian dari neraka juga. Selama Anda terus menjalani kehidupan duniawi, Anda akan tetap hidup di neraka.

Namun demikian, jika anda masih mengklaim ingin mencapai Allah, ketahuilah bahwa ‘Anda’ tak kan pernah mencapai Allah.

Jangan mengikuti langkah-langkah mereka yang menjanjikan kehidupan duniawi yang indah. Ikutilah mereka yang akan“Membunuh Anda sebelum kematian”; jangan sampai Anda ditegur dengan perkataan “Engkau tak boleh menemuiku!”

Mereka yang memberi Anda kehidupan duniawi yang gemerlap akan bertindak demikian hingga Anda masuk liang lahat. Sedangkan pada akhirnya, kematian Anda tak terhindarkan.

Teman sejati Anda adalah mereka yang akan membunuh Anda sebelum ajal, karena ‘mereka yang beriman menyatu dengan Allah melalui kematian’ di saat dimana Anda akan berseru seperti halnya Rumi:

“Jangan berduka di pemakamanku! Bermain dan bergembiralah! Karena aku kan menyatu dengan Kekasihku!”

Sungguh, teman sejatimu adalah dia yang akan membunuh identitas palsumu, diri ilusimu, dan menyelamatkanmu dari ilusi keterpisahanmu, sehingga Anda dapat menyatu dengan sumber Anda.

Carilah kematian ini, dan carilah teman sejati ini, sehingga Anda dapat memulai kehidupan sejati!

Kematian, seperti halnya neraka, adalah rahmat. Rahmat dari Yang Rahman tersembunyi dalam penderitaan, seperti halnya kesembuhan tersembunyi dalam pahitnya obat.

Kematian hanya menakutkan mereka yang terikat dengan dunia, karena kematian bagi mereka berarti kehilangan segala yang mereka anggap memilikinya. Namun jika kita gagal menguasai rasa takut ini saat kini, di masa depan rasa takut ini akan semakin hebat.

Mari kawan ...mari menyambut kematian dengan keinginan dan cinta demi Allah sehingga Anda akan dihidupkan dengan Yang Maha Hidup (Hayy) dan Yang Maha Kekal (Baqi).

Matilah sekarang kawan, matilah sekarang dan hidup untuk selamanya. 

Ahmed HULUSİ
10 September 1995
Antalya

29 / 34

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini