Gelombang radar ini bisa berupa mujizat, yang didasarkan dan diarahkan kepada dimensi-dimensi di atas Bumi, atau sebagai fenomena yang didasarkan dan diarahkan kepada dimensi-dimensi Surga, Neraka, dan Alam Antara. Juga bisa diarahkan kepada dimensi-dimensi yang lebih rendah, bergantung pada kapasitas ekspansi dari otak mereka.

Sebagai contoh, ketika kita bermimpi mengenai malaikat, kita melihat mereka dalam beragam bentuk dan tampilan yang telah kita kenal. Dalam keadaan aslinya, malaikat tidak memiliki ‘bentuk’; mereka hanya memiliki frekuensi tertentu terkait dengan fungsi khusus mereka. Dengan kata lain, malaikat adalah ‘getaran frekuensi tinggi’. Ketika salah satu dari frekuensi ini mencapai otak kita, kita membandingkannya dengan pangkalan data yang ada dan membacanya berdasarkan frekuensi terdekat yang bisa kita temukan, lalu memberikan tampilan gambar padanya.

Ketika sebatang pohon berbicara dalam mimpi kita, misalnya, itu sebenarnya malaikat; getaran frekuensi tinggi yang dibaca dan ditafsirkan sebagai pohon, karena itulah frekuensi terdekat yang bisa ditemukan otak dalam pangkalan datanya!

Serupa dengan itu, ketika beragam frekuensi mencapai otak, sebuah mesin pelacak otomatis diaktifkan untuk menemukan pasangan yang paling bersesuaian untuk ‘mendefinisikan’nya. Bentuk apapun yang telah diberikan kepada pasangan yang paling sesuai ini tak pernah berubah. Karenanya, kita melihat mimpi dalam simbol-simbol dan bukan dalam keadaan aslinya.

Jika kita melangkah lebih jauh… Nabi Muhammad (saw) mengatakan:

“Manusia dalam keadaan tidur dan akan dibangunkan oleh kematian!”

Apa ini artinya? Jika kehidupan ini bagaikan tidur, mestinya kita semua ini sedang bermimpi! Dunia ini, dan segala sesuatu di dalamnya, bagaikan sebuah mimpi jika dipandang dari sudut akhirat… Segala yang kita alami di sini, rasa sakit, kegembiraan, harta kita, apa yang kita cintai… semuanya akan terasa mimpi ketika kita bangun di akhirat dengan kematian… Dan seperti halnya kita memandang mimpi, dalam bentuk simbol-simbol sebagai akibat mekanisme pengubahan frekuensi oleh otak, demikian pula kita memandang segala sesuatu dalam dimensi ini dengan proses yang serupa.

Semua ini ditegaskan oleh ahli fisiologi syaraf terkemuka di dunia, profesor Karl Pribram dari Universitas Stanford dan ahli fisika terkenal, David Bohm.

Pertanyaan:

Bisakah orang-orang memiliki persepsi yang berbeda terhadap obyek yang sama?

Jika frekuensi yang sama sampai kepada dua orang yang berbeda dengan pangkalan data yang sama, maka evaluasi yang dihasilkan akan sama. Itulah tepatnya mengapa kita semua mempersepsikan dan melihat obyek yang sama dengan cara yang sama, karena kita semua mempunyai mekanisme persepsi yang sama dan telah dikondisikan agar berfungsi dengan cara yang sama!

Spektrum yang nampak, yakni kisaran frekuensi yang dapat dideteksi mata manusia, adalah tertentu. Baik frekuensi yang sama itu mencapai satu mata ataupun 1.000 mata yang berbeda, hasilnya akan selalu sama. Mereka semua akan melihat hal yang sama, karena semuanya akan memproses data yang masuk dengan menggunakan sistem yang sama.

Pertanyaan:

Mengapa buta-warna menghasilkan persepsi warna yang berbeda?

Ini karena, dalam hal buta-warna, ada perbedaan dalam mekanisme otaknya. Orang yang buta warna memproses frekuensi yang masuk secara berbeda dibanding orang yang tidak buta warna. Ini tidak berarti bahwa mereka menerima frekuensi yang berbeda; mereka memiliki otak yang berbeda! Pangkalan data lah, yakni akumulasi data di sepanjang hidup seseorang, yang menentukan kapasitas otaknya.

Ketika kita lahir, pangkalan data kita hanya terdiri dari data genetik dan data astrologik, namun sejak dilahirkan, kita selalu rentan terhadap informasi baru, pengkondisian baru, dan data baru. Itulah sebabnya mengapa bayi yang baru lahir memiliki visi yang terbatas. Bukan karena kurangnya penglihatan, namun karena kurangnya data di dalam otak untuk ‘mengevaluasi’ informasi.

Kita hanya dapat memroyeksikan keluar apa yang kita miliki kedalam. Kemampuan kita untuk membaca masukan data tertentu hanya bergantung pada pangkalan data yang telah dibangun sejak kita lahir.

Sebagai contoh, hasrat menggemari, dan ketertarikan pada kecantikan, merupakan suatu ciri dari otak. Hal itu bisa dihubungkan kepada sifat-sifat genetik atau pengaruh-pengaruh astrologikal, seperti posisi Venus dalam diagram kelahiran seseorang. Bagaimanapun juga, cara mewujudnya kecenderungan ini di Iran berbeda dengan di Afrika, di Jepang atau di Amerika Serikat. Bergantung pada pengkondisian lingkungan membentuk pangkalan data seseorang, sifat-sifat yang semula sama pada seluruh kemanusiaan, selanjutnya mewujud melalui banyak cara.

Pertanyaan:

Apakah ‘Surga’ dan ‘Neraka’ merupakan frekuensi-frekuensi khusus?

Semua informasi atau ‘data’ dalam pangkalan data kita merupakan frekuensi-frekuensi khusus. Pengalaman kesenangan surgawi seseorang berbanding langsung dengan sekaya dan selengkap apa pangkalan data orang tersebut, dan karenanya menghasilkan tingkatan Surga yang berbeda!

31 / 34

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini