Satu-satunya jalan menuju kebenaran absolut adalah dengan memahami realitas ‘Allah’ seperti yang dijelaskan Rasulullah Muhammad SAW, karena beliau tak pernah mengatakan Tuhan ‘di atas sana’ dan tak pernah menganjurkan untuk ‘mencariNya dimanapun di luar diri kita! Nabi Muhammad SAW bukanlah kurir atau utusan Tuhan di luar sana! Ini hanya pikiran yang ketinggalan jaman dan primitif! Dia adalah Rasulullah; ceruknya ilmu Allah!

Jika Anda ingin menyelidiki ajaran AGAMA, Anda harus melakukannya dengan melihat ke dalam ‘diri’ Anda sendiri, otak Anda, hakikat keberadaan anda, bukannya memandang ke ruang angkasa atau mengamati langit.

Potensial Quantum … yang dalam Sufisme disebut sebagai ‘Dimensi Nama-nama’, adalah potensial tak-hingga, asalnya perwujudan tak-hingga dilahirkan. Berbeda jauh dengan dunia ‘konseptual’, ini merupakan keadaan dimana semua konsep seperti waktu, ruang, bentuk, dan setiap batasan sama sekali tak terpakai!

Sifat-sifat dan kualitas komposisional yang tak terhitung ini, dalam potensial tak hingga, menunjuk kepada beragam Nama-nama Allah. Tidak ada pewujudan lokal dari Nama Allah di sini, hanya potensialnya saja! Dalam Sufisme, keadaan ini disebut sebagai ‘Pengamat yang melihat ilmuNya dengan ilmuNya dalam ilmuNya’ karena Allah bersifat ‘Alim (yang Esa yang, dengan kualitas ilmuNya, mengetahui segala sesuatu tanpa batas dalam setiap dimensi dengan seluruh aspeknya) dan ini merupakan dimensi dari Ilmu Tanpa BatasNya! Salah satu makna dari ayat “Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin, ar-Rahman, ar-Rahim” yakni “Hamd (Melihat dan menilai kesempurnaan universalNya) milik Rabb-nya seluruh alam (sumber arti tak hingga dari Nama-nama) yang Rahman dan Rahim” dalam surat pembuka Al-Qur’an yakni ‘Al-Fatihah’ merupakan realitas. Apa yang disebut oleh para ahli Sufi sebagai Kesatuan Kesaksian (Wahdat al-Syuhud) juga merujuk kepada dimensi ini.

Seseorang tak dapat berbicara mengenai ekspresi, manifestasi, ataupun materialisasi dari dimensi ini!

Dimensi dari ekspresi Elektromagnetik Kosmik diciptakan di dalam, dan oleh pengetahuan potensial quantum… Ini adalah dunia imajiner ke dua, dan turunan dari semua dimensi lain. Esensinya terbuat dari cahaya ilusi berupa samudera gelombang. Yang dapat, atau tak dapat, dipersepsikan tampil sebagai panjang gelombang dalam dimensi ini. Jenis otak yang berbeda dari spesies yang berbeda merupakan konverter (pengubah) kompsisional dari medan gelombang yang sangat luas ini. Ayat, “Maliki yaumiddiin” (Penguasa Hari Pembalasan) dalam surat pembuka Al-Qur’an (Al-Fatihah) merujuk pada kebenaran ini. Kesatuan Keberadaan (Wahdat al-Wujud) dari Sufisme berkenaan dengan tingkat realitas ini.

Otak… Konverter-gelombang dari keberadaan! Setiap individu menciptakan dunia holografiknya sendiri melalui konverter ini, dan setiap individu tinggal di dalam dunia holografiknya sendiri, sementara dia berpikir bahwa dia hidup dalam dimensi fisik eksterior (luar). Formasi ini lah yang dijelaskan secara rinci sebagai ayat “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”(Hanya kepadaMu kami mengabdi, dan kepadaMu kami mencari pertolongan) dari surat Al-Fatihah.

Ruh… totalitas dan pokok dari semua ‘makna’. Ini merupakan inti, esensi, dan ‘ruh’ dari setiap keberadaan. Ini juga merujuk kepada ‘kehidupan’ karena setiap bagian keberadaan memiliki hidup, dimana hidupnya adalah ilmunya. Sungguh, kehidupan dan ilmu merupakan atribut yang tak terpisahkan! Tingkat perwujudan ilmu merupakan refleksi dari tingkat kesadaran. ‘Makna’ dan nilai, dari setiap mahluk bergerak, tercerminkan melalui ruhnya. Berdasarkan pemahaman ini, kita dapat merujuk kepadanya sebagai ekspresi dimensi elektromagnetik kosmik, yang dalam Sufisme dikenal sebagai Ruh Agung (Ruh-ul Azam), Akal Pertama (Aqli Awwal) dan Realitas Muhammad (Haqiqat Muhammadiyyah). Perlu diingat bahwa istilah-istilah ini tidak merujuk kepada suatu obyek atau kepada seseorang, tetapi kepada realitas tertentu.

Allah… Potensial quantum layaknya sebuah ‘titik’ mengenai yang Esa yang bernama Allah. Satu titik di antara titik-titik lainnya yang jumlahnya tak terhingga! Satu titik refleksi dalam Ilmu AbsolutNya… Disposisi dari satu alam, dari satu Nama, dari tengah-tengah ‘dunia Nama-nama’ tanpa batas.

Yang Esa yang mengetahui Nama-namaNya dengan, dan melalui, Esensi AbsolutNya, dan ‘melihat’ KekuasaanNya pada Nama-namaNya! Yang Esa yang menyingkapkan-diri dan melihat realitasNya, dengan mewujudkan sifat-sifat unikNya melalui ciptaanNya.

Yang Satu yang menciptakan sang ‘Aku’ dan yang mengklaim ‘Akulah’ melalui setiap ‘Aku’ yang terwujud, namun pada saat yang sama jauh melampaui pengindera manapun atau untuk bisa terinderakan!

Yang Esa yang tak dapat dikandung dalam bentuk atau persepsi apapun. Mengingat realitas ini, kita hanya bisa mengucapkan: “Allahu Akbar[1] (Allah Maha Besar).

Mengingat semua ini, mari kita lanjutkan topik mengenai jagat kita dan mengenai otak…

Sangat penting bagi kita untuk memahami bahwa otak kita menciptakan dunia holografik multi-dimensi dimana kita tinggal. Tapi bagaimana kita dapat berpikir bahwa kita berada di dunia luar sedangkan kenyataannya kita hidup dalam kepompong imajinasi kita?

Pertama-tama, apa sih sebenarnya mimpi ini, yang ada di dalam sebuah mimpi, di dalam dunia holografik ‘mirip-mimpi’ dan bagaimanakah ia dibangun dan disusun?

Dan bagaimanakah dunia dalam (batin) ini berinteraksi, jika demikian, dengan dunia luar?

Masing-masing kita berperan sebagai ‘raja’ atau ‘ratu’ di jagat kita sendiri; sedangkan orang lain sebagai figuran atau aktor dalam sandiwara kita! Peran-peran yang kita berikan kepada orang-orang dalam hidup kita bergantung pada ‘persepsi’ kita siapa mereka itu, berdasarkan pangkalan-data nilai-nilai yang ada sebelumnya yang kita miliki. Karenanya, kita tertawa dan menangis, kita bersedih dan bergembira dengan gambar-gambar terimajinasi ini yang kita akui ke dalam dunia imajinasi kita!



[1] Untuk keterangan lebih lanjut, silakan merujuk kepada artikel yang bernama ‘Akbariyah’.

4 / 34

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini