Rasulullah (saw) berbicara tentang tiga jenis tanah yang ditimpa hujan. Ketika hujan, airnya jatuh merata kepada semua jenis tanah tanpa diskriminasi pada ketiganya. Jika air hujan jatuh kepada batu, ia hanya mengalir melewatinya karena batu tidak memiliki sifat untuk menyerap air. Ada sebagian tanah yang menahan air sebagai kolam atau sumur, dan orang atau binatang bisa minum darinya, digunakan orang untuk mengairi tanaman atau memberi minum ternak dengannya, dan lain-lain. Dan terkadang, hujan itu menimpa tanah yang menyerap air untuk menghasilkan beragam tumbuhan.

Manusia pun memiliki beragam sifat alami. Sebagian tidak memahami hikmah ilahiah dan peringatan, sebagian lagi mendapat banyak manfaat darinya, dan sebagian lagi bahkan mendapatkan manfaat bagi dirinya dan bagi orang banyak.

Anda termasuk yang mana?

 

Para pembaca yang terhormat, ketahuilah bahwa…

Tugas Anda adalah untuk bermanfaat baik bagi diri sendiri dan lingkungan Anda. Tidak seorang pun yang tinggal di muka bumi untuk selamanya. Setiap orang yang lahir akan berkembang sesuai dengan fitrah alaminya, dan pada titik tertentu kembali ke asalnya.

“Katakan, ‘Setiap orang berbuat sesuai dengan program penciptaan dirinya (fitrah alaminya).’”[1]

Rasulullah (saw) mengatakan, “Setiap orang bertindak menurut tujuan dia diciptakan dan melakukan apa-apa yang telah dimudahkan bagi dirinya.”[2]

Karenanya, hidupnya dibentuk menurut tujuan menjadi apa dirinya hidup.

Tapi bagaimana jika orang ini menjalani hidup dengan kehidupan yang bertentangan dengan perintah RabbNya? Apa yang akan terjadi terhadapnya?

Tidak diragukan, beragam bentuk diciptakan untuk ihwal keberadaan yang berbeda. Burung bulbul untuk taman mawar, kumbang kotoran untuk kotoran, pohon salamander untuk api... Tidak ada yang kegemarannya sama; satu-sama lain berbeda… Ada yang terbakar api sedang yang lain mengembang karenanya. Ada yang tidak tahan harumnya mawar, dan lain-lain seperti halnya warna-warna… Semuanya berbeda…

Jadi, apapun esensi Anda, Anda akan terikat pada perbuatan yang terkait dengannya, dan karenanya kembali kepada realita esensi Anda. Tapi ada sebagian orang yang istimewa yang bisa menyatukan yang berlawanan! Mereka mempunyai kapasitas yang sangat besar yang dengannya mereka menyatukan apa yang nampaknya berlawanan satu sama lain. Dalam pandangan mereka, segala sesuatu adalah tunggal. Tiada warna di dalam pandangan mereka. Tanpa warna. Namun mereka bermanifestasi menurut perintah Allah. Mereka faham betul dengan ayat:

“Katakanlah: ‘Allah’ dan biarkan mereka bebermain-main dalam omong kosong (dunia khayal mereka) yang menghanyutkan.”[3]

Mereka mengetahui bahwa segala yang nampak adalah cerminan dari sang Pencipta. Bahkan sifat-sifat pun hanyalah cerminan. Dan semuanya adalah cerminan, atau manifestasi, dari Wujud Tunggal, Allah, yang Akbar! Karenanya, kita tidak seharusnya membeda-bedakan di antara mahluk, cerminan ilahiah… Bukankah itu sebabnya Al-Qur’an menyatakan:

“Kami tidak membeda-bedakan di antara (cara-cara ilmu Allah diwahyukan kepada) rasul-rasulnya...”[4]

 

Itu karena semuanya berasal dari sumber yang sama!

Apa yang dilihat mata sebagai ‘berbeda’ adalah karena ukuran dan bentuk lampu-lampunya, tetapi mereka yang mempunyai pemahaman sejati mengetahui benar bahwa apa yang nampaknya berbeda, semuanya menghantarkan kelistrikan yang sama. Tampilan eksternalnya berbeda karena telah dirancang begitu, tapi energinya semuanya sama. Kelistrikan yang sama mengalir kepadanya. Namun hanya mereka yang memiliki wawasan yang bisa melihat ini.

Sejauh ini, saya telah menjelaskan panjang lebar bagaimana dan mengapa tidak ada perbedaan di antara mahluk. Cerminan-cerminan dari sang Tunggal. Jika Anda belum memahami ini, saya sangat menyarankan bahwa Anda berusaha memahaminya hari ini.

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini (bahasa simbolik) Kami tunjukkan kepada manusia agar mereka berpikir.”[5]

Tapi jika Anda masih tidak mampu, maka tidak diragukan sang Rabb berbuat sesuai kehendakNya.

 

Ketika sang hamba memahami Kebenaran sederhana ini, dia menjadi rida kepada Rabbnya, dan berkata, “Ampunilah aku, jika Engkau berkehendak, atau buat aku menderita; masukkan aku kedalam surgaMu, dalam kebahagiaan, jika Engkau berkehendak, campakkan aku kedalam siksa neraka. Segala sesuatu mengabdi kepadaMu,” dan terus tenggelam dalam dzikr (mengingat) akan Rabbnya. Dia merenungkan cerminan dan manifestasi Rabbnya, namun menahan diri dari merenungkan Esensi (Dzat) AbsolutNya dan menyeru, “Dia Akbar (Maha Agung).”

Namun dia tidak menggunakan kata ‘Akbar’ (Maha Agung) untuk merujuk kepada cerminanNya, karena dia tahu bahwa kata ini hanya untuk Allah semata, Esensi AbsolutNya. Cerminan mungkin agung secara relatif, tapi tidak ‘Maha Agung’. Jadi, dia memahami realita dari cerminan-cerminanNya. Dia tidak menyangkal, ataupun mengritik, atau membatasi dirinya dengan cerminan-cerminan itu. Karenanya, dia hanya mengenal Rabbnya dan Rasul (saw) sebagai realita esensial dirinya.

“…Seandainya Allah berkehendak, tentu Dia akan memungkinkan realisasi realita absolut bagi semua manusia!”[6]

Namun jika demikian, bagaimana semua Nama-nama Agung lainnya bisa mewujud.

 

Tidakkah Anda mendengar hadits yang berbunyi:

“Aku bersumpah dengan Dia yang jiwaku di tanganNya, jika kalian adalah orang-orang yang tidak melakukan dosa, Allah akan membuang kalian dan mengganti kalian dengan orang-orang yang akan berbuat dosa dan memohon ampunan Allah sehingga Dia bisa mengampuni.”[7]

Kemudian dia akan meraih titik toleransi tertinggi. Dia tidak lagi menemukan orang lain salah, tidak menemukan kesalahan apapun! Namun, dia tidak merasa takabur dengan keadaan ini, tidak pula bersandar padanya. Karena dia tahu bahwa Allah lah yang memberinya keadaan ini. Pada titik ini, orang yang ‘tak-berwarna’ ini akan mengatakan:

“Sungguh, aku menghadapkan wajahku (kesadaranku) bersih dari konsep sosok tuhan (Hanif), kepada Al-Fatir (Dia yang menciptakan segala sesuatu terprogram menurut tujuannya) yang telah menciptakan langit dan bumi, dan aku bukan termasuk orang-orang dualis (musyrik).”[8]



[1] Quran 17:84

[2] Faiz Al Qadir

[3] Quran 6:91

[4] Quran 2:285

[5] Quran 59:21

[6] Quran 13:31

[7] Sahih Muslim (2687)

[8] Quran 6:79

6 / 12

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini