Sejalan dengan peringatan Nabi Muhammad (saw), banyak juga wali yang telah mengatakan:

“Lenyapkan dirimu untuk melihat Diri.”

Sebenarnya, makna dari pernyataan ini sama dengan hadits, “Siapa mengenal dirinya, akan mengenal Rabb-nya (realitas Nama-nama yang menyusun esensinya).”

Mari mengingat kembali sistem dimana kita tinggal dan bagaimana kita terhubung kepadanya.

Segala sesuatu yang kita lihat dan ketahui di dunia material ini terkena tarikan gravitasi dan magnet bumi. Karena manusia mewujud di muka Bumi, mereka pun terikat oleh medan magnetnya.

“Kami ciptakan segala mahluk hidup dari air (H2O)…” (Al-Qur’an 21:30)

Karenanya, manusia pun diciptakan dari air! Maka, jika manusia hadir ke muka Bumi ini dan terkena gravitasi Bumi, maka tubuh gelombang holografiknya yang dihasilkan oleh otak, yang biasa dikenal sebagai ruh, tentunya juga terkena tarikan gravitasi.

Di sisi lain, ada fitur pada otak manusia yang jika diaktifkan orang yang bersangkutan menjadi tidak terbatasi oleh medan magnet Bumi dan Matahari. Dengan demikian, dia dapat mencapai hal keberadaan surgawi pada kedalaman dimensi bintang-bintang di ruang angkasa yang tak terhitung jumlahnya, mengambil bentuk yang bersesuaian dengan dimensi baru ini.

Jika sirkuit yang menghasilkan gelombang anti-gravitasi seseorang telah diaktifkan di dalam otaknya, dia akan mendapatkan tubuh yang bercahaya (Nur), yakni tubuh radial, yang dengannya dia akan mampu mencapai keselamatan jauh lebih cepat.

Sebaliknya, jika otaknya tidak mampu menghasilkan gelombang-gelombang anti-gravitasi dan mengunggahnya ke ruhnya karena ketiadaan Nur (cahaya ilmu), dia tidak akan mampu berlari dari medan magnet bumi, atau neraka, terpenjara di dalam matahari selama-lamanya. Karena pada akhirnya, matahari akan menelan kelima planet dalam orbit terdekatnya, termasuk Mars, kemudian menciut dan menjadi bintang neutron. Karenanya, segala sesuatu yang di dalamnya akan terperangkap. Bagi yang tertarik dengan topik ini, saya telah membahasnya secara rinci di dalam buku Misteri Manusia.

Adapun mengenai mahluk-mahluk (setan-setan) yang tinggal di neraka, yakni Matahari… Yakni mahluk-mahluk yang menyusahkan, menghinakan dan menyiksa tawanan mereka… Sebagaimana halnya ada manusia di muka bumi serta jin yang tinggal di bumi atau di ruang angkasa, masing-masing planet ada penghuninya. Maka, Matahari pun ditempati oleh penghuninya. Jadi, Matahari juga ditempati oleh penghuni-penghuni unik yang rupanya seperti-sinar, yang dalam Al-Qur’an disebut sebagai “setan neraka” (zabani[1]).

Manusia merupakan penghuni terkuat di Bumi. Kita memperlakukan mahluk-mahluk lain sesuai keinginan kita. Dengan pemikiran yang serupa, penghuni matahari akan memperlakukan manusia, mahluk terlemah, sesuka mereka. Ini akan berupa penyiksaan bagi manusia.

Ruh atau tubuh gelombang holografik ini akan berubah bentuk, menciut dan terbakar ketika dilalap Matahari, karena tingkat radiasi yang ekstrim, namun tidak akan menghentikan keberadaannya!

Ini serupa dengan tubuh kita yang merasa sakit dan terluka di dalam mimpi kita namun demikian tetap berfungsi. Karenanya, tubuh gelombang kita di neraka-Matahari[2] akan dihancurkan, diremas, ditarik, diregangkan, diremukkan, dibakar, kemudian dipulihkan ke keadaan semula. Dan itu akan berlanjut tiada henti. Hal ini ditegaskan di dalam Al-Qur’an:

“Agar mereka merasakan penderitaan yang lebih, setiap kali kulit mereka hangus (karena ikatan eksternal mereka), Kami akan menggantinya dengan kulit yang baru (eksternalitas).” (Al-Qur’an 4:56)

Hal penting yang mesti difahami di sini adalah bahwa Matahari akan menjadi Neraka berkenaan dengan struktur sub-atomiknya!

Sebagaimana kita memiliki struktur materi biologis supra-atomik sebagai tubuh kita, dan secara bersamaan menghasilkan tubuh kembaran sub-atomik dalam bentuk energi gelombang, Matahari juga memiliki dimensi kembaran sub-atomik yang terdiri dari energi radial. Dimensi inilah yang kita rujuk sebagai neraka.

Karena hal ini, kita tidak dapat melihat neraka dengan kemampuan persepsi kita yang sekarang, seperti halnya kita tidak bisa melihat ruh-ruh radial sub-atomik, jin dan malaikat.

Orang-orang yang telah membuat peralihan dari kehidupan tubuh fisik ini kepada kehidupan tubuh gelombang-ruh bukan hanya bisa melihat ruh-ruh lain, namun juga melihat jin dan para malaikat di dalam dimensi itu. Bahkan, mereka akan melihat mahluk-mahluk itu di Matahari seolah mereka berada di sana, di samping mereka, karena konsep ruang tidak berlaku bagi mahluk-mahluk halus. Rujukan-rujukan mengenai orang-orang mati yang melihat neraka dari kuburan mereka berkenaan dengan realitas ini. Topik ini pun telah di bahas secara rinci di dalam buku Misteri Manusia.

Sungguh, langit dalam lingkup bintang-bintang yang kita sebut sebagai Bimasakti, berkenaan dengan kembaran gelombangnya, juga mengandung dimensi-dimensi sub-atomik.

Meskipun demikian, seperti halnya bidang wujud sekarang ini terasa bagi kita sebagai dimensi material, berdasarkan kemampuan persepsi tubuh fisik kita, dimensi berikutnya juga akan terasa seperti tempat fisikal, walaupun ia merupakan dimensi gelombang menurut persepsi kita sekarang ini.

Adapun mengenai tubuh-tubuh gelombang holografik (ruh-ruh) yang membentuk planet-planet yang tak terhitung jumlahnya di ruang angkasa yang menyusun langit, mereka memiliki peluang untuk berinteraksi dengan ruh-ruh lainnya dan mengambil bagian di semua aktivitas dengan keterampilan dan potensinya. Sukar untuk memilih kata-kata yang tepat, namun mereka bagaikan dewa-dewa di planet yang mereka tinggali. Karena mereka akan menjadi khalifah Allah di muka bumi, diperlengkapi dan dihiasi dengan potensi-potensi agung yang tak terhitung, sementara para penghuni dari planet itu tidak memiliki kemampuan seperti itu. Oleh karenanya, mereka yang pergi ke surga akan mengalami hal-hal yang mata tidak pernah melihatnya, telinga tidak pernah mendengarnya, dan lisan tidak pernah mengucapkannya. Apapun yang kami katakan berkenaan dengan topik ini, tidak akan pernah cukup untuk menerangkannya.



[1]  Mereka diberi nama zabani dalam Al-Qur’an.

[2]  Untuk informasi lebih lanjut, silakan merujuk kepada buku Misteri Manusia

34 / 45

Ini mungkin menarik buat Anda

Anda bisa mengunduh Buku ini